MAKALAH PSIKOLOGI UMUM
TEORI
B.F. SKINNER
DOSEN: SK.
Nawangsih, S.Psi., M.Psi
DISUSUN OLEH :
1.
MUHAMMAD RIDWAN F. 131.16.0212
2.
LAILA IZZATUR ROHMAH F.131.16.0226
3. GALANG ANGGRIAWAN SUSILO F.131.16.0230
4.
OEI SONNY WIYONO F.131.16.0241
5.
MARINI PURNOMO PUTRI F.131.16.0244
6.
NANK FRENKY F.131.16.0251
UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Banyak teori tentang
belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal
abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan
terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme)
yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun
1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical
conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh
beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan
Gestalt.
Teori belajar behaviorisme
ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan
pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif.
Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar
ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Di awal abad 20 sampai
sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak
ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan
asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi
basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku
mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori
belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan
pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada
satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah
yang akan dipecahkan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1)
Biografi B.F. Skinner
2)
Sejarah munculnya Teori
Kondisioning Operan
3)
Kajian umum Teori B.F. Skinner
4)
Eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner
5)
Behaviorisme ilmiah
6)
Organisme manusia
7)
Kepribadian yang tidak sehat
8)
Aplikasi Teori Skinner terhadap pembelajaran
9)
Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
10)
Kelebihan dan
kekurangan teori Skinner
1.3.
TUJUAN DAN
MANFAAT PENULISAN
1)
Mengetahui Biografi B.F. Skinner
2)
Mengetahui Sejarah munculnya Teori Kondisioning Operan
3)
Mengetahui Kajian umum Teori B.F. Skinner
4)
Mengetahui Eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner
5)
Mengetahui Behaviorisme ilmiah
6)
Mengetahui Organisme manusia
7)
Mengetahui Kepribadian yang tidak sehat
8)
Mengetahui Aplikasi Teori Skinner terhadap pembelajaran
9)
Mengetahui Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
10)
Mengetahui
Kelebihan dan kekurangan teori Skinner
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. BIOGRFI B.F. SKINNER
Burhuss Frederick Skinner lahir 20
Maret 1904, di kota kecil Susquehanna,
Pennsylvania, Amerika
Serikat. Anak
pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara yang menjadi General Counsel di sebuah
perusahaan batu bara besar, dan ibunya adalah seorang
ibu rumah tangga yang kuat dan cerdas. Dia dididik
oleh orang tuanya dengan didikan model kuno dan disiplin. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam
lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat
kuat.
Skinner kecil
adalah seorang anak yang selalu aktif. Sehingga ia pun tetap aktif ketika
beranjak remaja. Keinginannya untuk menjadi seorang penulis membuat ia selalu
berkarya melalui tulisan. Selama menuntut ilmu di sekolah menengah, ia didorong
oleh guru bahasa Inggrisnya agar mengambil jurusan sastra di perguruan tinggi.
Di sekolah menengah, Skinner berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara
antara lain dengan membuat iklan pertunjukan - pertunjukan, bermain jazz band
dan bersama temannya mengorganisasi pertunjukan musik. Setelah lulus dari
sekolah menengah, ia pun melanjutkan belajarnya di Hamilton College, di dekat
Uthica. Pada masa itu ia menunjukkan minat seni dan intelektual yang besar pada
seni sastra. Di Hamilton College, Skinner menjadi editor surat kabar mahasiswa
sastra, menulis puisi, berlatih musik, menjadi pelukis dan permain saksofon.
Skinner
merupakan anak yang kreatif, ia banyak menghasilkan waktu untuk merancang dan
membuat berbagai alat permainan seperti gerobak, sumpit, layang-layang dan
model-model pesawat terbang. Skinner tumbuh dalam keluarga yang hangat dan
harmonis. Ia pun mengenang masa kanak-kanaknya sebagai kehidupan yang penuh
kehangatan namun cukup ketat dalam kedisiplinan.
Skinner lebih
suka hidup di luar rumah, ia pun sangat menikmati sekolahnya dan menciptakan
sesuatu. Dalam hidupnya pernah terjadi suatu tragedi, yaitu saudara
laki-lakinya meninggal dunia pada usia 1 tahun, karena pembengkakan pembuluh
darah pada otak.
Skinner ingin
sekali menjadi seorang penulis dan ia pun mencobanya dengan mengarang lalu
mengirim puisi dan cerita pendek. Skinner terus saja menulis dan selalu
berkarya sampai akhir hayatnya. Dan Skinner pun meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990, karena Leukimia. Ia telah
berhasil menjadi seorang tokoh psikologi yang paling terkenal sejak Sigmund
Freud.
Skinner mendapat gelar
BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded
Humilton College. Skinner
ingin menjadi seorang penulis. Setelah wisuda, ia
menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Tetapi ayahnya
tetap saja melarang dan menganjurkan untuk meninggalkan karir potensial ini.
Skinner muda tetap saja tidak menghiraukan ayah dan kemudian ia menghabiskan
waktu satu tahun untuk menulis cerita fiksi di Greenwich Village, tempat
berkumpulnya para sastrawan di New York. Namun masa ini tidak produktif,
kemudian Skinner berhenti menulis dan mengikuti progran kuliah pasca sarjana psikologi di Universitas Harvard pada tahun
1928 dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan. Sebelum
mengambil keputusan untuk kuliah jurusan psikologi, Skinner telah membaca karya
dari Ivan Pavlov seorang fisiologi, dari Rusia yang telah mengadakan eksperimen
dengan anjing yang refleks dikondisikan. Selain itu, Skinner juga membaca karya
J.B Watson tentang behaviorisme dan Skinner pun tertarik. Dan Skinner berhasil meraih gelar
doctor pada tahun 1931.
Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II.
Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II.
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan
pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan
bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam
perkembangan psikologi
belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku
itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946
dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil
konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental
Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
(Sahakian,1970).
2.1.1.
Pokok Pemikiran :
B.F. Skinner meyakini bahwa perilaku
dikontrol melalui proses operant conditioning. Dimana Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner
bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Pengetahuan yang terbentuk melalui
ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi
penguatan ini menjadi dua
yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah,
perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda
atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang. Dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan
STIMULUS RESPON kan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu
penguatan POSITIF dan NEGATIF.
Tiga asumsi yang dimiliki Skinner dalam membangun teorinya:
1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
Functional analysis of behavior: analisis perilaku dalam hal hubungan sebab
akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb)
merupakan sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa
sebagian besar perilaku dalam kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat
pada lingkungan. Kontrol atas events ini membuat kita dapat mengontrol
perilaku.
Dua klasifikasi dasar
dari perilaku menurut B.F Skinner: operants dan respondents. Operant
adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk
menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seekor tikus lari
keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah
sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuah respondent
sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya, seekor anjing yang
mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang
yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.
2.2.
SEJARAH MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal
tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori
S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan
pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues
(pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive
stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu
stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan
penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan
yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya
perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme
berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku
menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu
merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari
tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi
suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi.
Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan
kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang
mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi
yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
2.3.
KAJIAN UMUM TEORI B.F SKINNER
Skinner ( 1953 ) mengenali dua
bentuk pengondisian, klasik dan operan. Melalui pengondisian klasik ( yang
disebut Skinner sebagai pengondisian responden ), suatu respons diperoleh dari
sebuah organism dengan suatu stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasi.
Dengan pengondisian operan ( yang disebut juga sebagai pengondisian Skinnerian
), sebuah perilaku dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan
secara langsung.
Salah satu perbedaan antara
pengondisian klasik dan operan adalah bahwa pada pengondisian klasik, perilaku diperoleh dari organism, sementara dalam
pengondisian operan, perilaku terpancar. Respons
yang diperoleh dikeluarkan dari organism, sementara respons yang terpancar
adalah yang muncul begitu saja. Oleh karena respons tidak terjadi di dalam
suatu organism, sehingga tidak dapat dikeluarkan,Skinner lebih memilih istilah
”terpancar”. Respons yang terpancar tidak ada sebelumnya di dalam suatu
organism, melainkan hanya muncul karena sejarah individual dari organisme
tersebut mengenai penguatan (reinforcement).
2.3.1. Pengondisian
Klasik
Dalam pengondisian klasik, suatu
stimulus netral (conditioned)
dipasangkan beberapa kali dengan suatu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned) sampai mampu membawa
sebuah respons yang sebelumnya tidak dikondisikan menjadi respons yang
terkondisi. Perilaku reflex termasuk contoh palig sederhana. Sinar yang
ditujukan ke mata menstimulasi pupil untuk menutup,makanan yang diletakkan di
lidah membuat air liur keluar, dan lada di lubang hidung mengakibatkan reflex
bersin. Dengan perilaku reflex, respons tidak dipelajari, tidak bersifat
sukarela, dan umum., tidak hanya dalam satu spesies, namun pada spesies-spesies
lainnya.
Akan tetapi, pengondisian klasik
tidak terbatas hanya pada reflex sederhana. Pengondisian ini juga dapat
bertanggungjawab atas pembelajaran manusia yang lebih kompleks, seperti
fobia,ketakutan, dan kecemasan.
Kunci penting
dari eksperimen pengondisian klasik adalah dalam membuat pasangan dari stimulus
yang dikondisikan dengan stimulus yang tidak dikondisikan, sampai kehadiran
dari stimulus yang dikondisikan cukup untuk memperoleh stimulus yang tidak
dikondisikan.
2.3.2. Pengondisian
Operan
Kunci dari pengondisian operan
adalah penguatan yang langsung dari sebuah respons. Kemudian, penguatan akan
meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi.
Pengondisian ini di sebut dengan pengondisian operan karena organism beroperasi
dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan suatu efek yang spesifik.
Pengondisian operan dapat mengubah frekuensi dari respons atau kemungkinan
suatu respons akan terjadi. Penguatan tidak menyebabkan suatu perilaku, namun meningkatkan
kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang lagi.
Ø Pembentukan
Pembentukan (shaping) adalah suatu prosedur ketika peneliti atau lingkungan
memberikan suatu penghargaan atas perkiraan kasar dari perilaku tersebut., lalu
perkiraan yang lebih dekat, dan terakhir, perilaku yang diinginkan tersebut. Melalui proses penguatan perkiraan berkala, peneliti atau
lingkungan secara bertahap membentuk suatu kumpulan yang kompleks dan final
dari perilaku (Skinner, 1953).
Suatu respons terhadap lingkungan yang mirip tanpa adanya
penguatan sebelumnya disebut generalisasi
stimulus. Salah satu contoh generalisasi stimulus, yaitu pembelian tiket
oleh manusia tidak melakukan generalisasi dari satu situasi kepada situasi yang
lain, namun mereka bereaksi pada situasi baru dalam bentuk yang sama dengan
cara mereka bereaksi sebelumnya, karena kedua situasi memiliki elemen yang
identik,yaitu membeli tiket untuk salah satu konser rock mempunyai elemen-elemen yang identik dengan membeli tiket
untuk konser rock yang berbeda.
Skinner (1953) menyebutkan, “Penguatan sebuah respons meningkatkan kemungkinan
dari setiap respons yang mempunyai elemen yang sama” (hlm. 94)
Ø Penguatan
Menurut Skinner (1978a),penguatan
(reinforcement) memiliki dua
efek: memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut. Oleh
karena itu, penguatan dan penghargaan tidak sama. Setiap perilaku diberi
penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan ata menyenangkan bagi
orang tersebut.
Setiap perilaku yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu
spesies atau seseorang untuk bertahan hidup, cenderung akan menguat. Makanan,
seks, dan perhatian orang tua sangat penting untuk kemampuan bertahan hidup
suatu spesies dan setiap perilaku yang menghasilkan kondisi ini akan diberi
penguatan. Cedera, penyakit, dan iklim yang ekstrem bersifat merusak kemampuan
bertahan hidup, dan setiap perilaku yang cenderung mereduksi atau menghindari
kondisi ini juga akan diberi penguatan. Oleh karena itu, penguatan dapat dibagi
menjadi yang menghasilkan kondisi lingkungan yang bermanfaat dan yang mereduksi
atau menghindari kondisi yang merusak. Penguatan pertama disebut penguatan
positif (positive reinforcement) dan
yang kedua disebut penguatan negative (negative
reinforcement).
Penguatan Positif
Setiap stimulus yang saat dimasukkan
dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi
disebut penguat positif (positive reinforcement) (Skinner, 1953).
Contoh umum dari penguat positif, yaitu makan, air, seks, uang, persetujuan
social, dan kenyamanan fisik.
Penguatan Negativ
Menghilangkan
suatu stimulus yang tidak disukai dari suatu situasi dari situasi dapat
meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku sebelumnya akan terjadi. Menghilangkan hal tersebut dapat
berakibat pada penguatan negative (negative reinforcement) (Skinner, 1953).
Reduksi atau menghindari suara-suara keras, hal-hal yang mengagetkan, dan rasa
lapar yang menyakitkan akan menguatkan secara negative karena hal-hal tersebut
menguatkan perilaku yang ada sebelumnya. Penguatan negative berbeda dari
penguatan positif karena menuntut adanya suatu kondisi yang dihindari, sementara
penguatan positif meliputi adanya stimulus yang menguntungkan. Akan tetapi,
efek penguatan negative identik dengan penguatan positif. Beberapa orang makan
karena mereka menyukai suatu makanan, yang lainnya makan untuk menghilangkan
rasa lapar yang menyakitkan.
Untuk kelompok orang pertama, makanan adalah penguatan
positif, sementara untuk kelompok orang yang kedua, menghilangkan rasa lapar
adalah penguatan negative. Dalam dua kondisi, perilaku makan diperkuat karena
konsekuensinya bersifat menguntungkan.
Hukuman
Penguatan negative menghilangkan,
mereduksi, dan menhindari stimulus yang tidak menyenangkan, sementara hukuman (punishment) adalah pemberian stimulus yang tidak menyenangkan,
seperti setrumen, atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan, seperti
memutuskan telepon seorang remaja. Penguaran negative menguatkan suatu respons,
sementara hukuman tidak. Walaupun hukuman tidak menguatkan suatu respons,
tetapi tidak secara langsung melemahkan respons tersebut. Skinner (1953) setuju
dengan Thorndike bahwa efek dari hukuman lebih tidak dapat diprediksi
dibandingkan efek dari penghargaan.
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan
positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada
sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu
yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif
dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif
meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman
menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari
konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).
Penguatan positif
|
||
Perilaku
Murid
mengajukan pertanyaan yang bagus
|
Konsekuensi
Guru
menguji murid
|
Prilaku kedepan
Murid
mengajukan lebih banyak pertanyaan
|
Penguatan negatif
|
||
Perilaku
Murid
menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
|
Prilaku kedepan
Murid
makin sering menyerahkan PR tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid menyela
guru
|
Konsekuensi
Guru
mengajar murid langsung
|
Prilaku kedepan
Murid
berhenti menyela guru
|
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan
negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam
hukuman, perilakunya berkurang.
|
Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu
sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik
di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin
tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga
unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek
khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya,
binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari
jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang
mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan
Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan
ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam
kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian
penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan
melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari
karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin
timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner
tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif
dan negative, dan penguat umum.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara
lain:
v Hasil
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguat.
v Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
v Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
v Dalam proses
pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
v Dalam proses
pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk
menghindari adanya hukuman.
v Tingkah laku
yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
v Dalam
pembelajaran, digunakan shaping.
1. Efek dari hukuman
Efek dari hukuman bukanlah kebalikan
dari efek penguatan. Saat factor-faktor dalam penguatan dapat dikontrol dengan
ketat, perilaku dapat dengan akurat dibentuk dan diprediksikan. Akan tetapi,
dengan hukuman, akurasi seperti itu mungkin tidak terjadi. Alas an dari
perbedaan ini cukup sederhana. Hukuman biasanya diberikan untuk menahan
seseorang bertindak dengan cara tertentu. Saat hal tersebut berhasil, orang
akan berhenti bertindak dengan cara tersebut, namun mereka tetap harus
melakukan sesuatu. Apa yang akan mereka lakukan tidak dapat diprediksikan
secara akurat karena hukuman tidak memberitahu apa yang harus dilakukan,
hukuman hanya menekan kecendurungan untuk bertindak dalam suatu cara yang tidak
diinginkan. Pada akhirnya, salah satu efek dari hukuman adalah untuk menekan
perilaku. Sebagai contoh, apabila seorang anak laki-laki menjahili adik
perempuannya, orangtuanya dapat membuatnya berhenti melakukan hal tersebut
dengan memukul pantatnya. Sayangnya, hukuman ini tidak akan meningkatkan
disposisinya tergadap adiknya. Hukuman hanya menekan kejahilannya untuk sementara
atau selama orang tuanya ada di sekitarnya.
Efek lainnya dari adalah pengondisian
atas perasaan negative dengan mengasosiasikan stimulus kuat yang tidak
disenangi dengan perilaku yang diberi hukuman.
Dalam ilustrasi diatas, apabila rasa sakit karena dipukul
cukup kuat, maka hal tersebut akan memunculkan respons yang tidak sebanding
dengan perilaku menjahili adiknya. Di masa depan, apabila anak laki-laki
tersebut berpikir untuk memperlakukan adiknya dengan tidak baik, pikiran
memunculkan respons pengondisian klasik, seperti rasa takut, kecemasan, rasa
bersalah. Emosi negative ini kemudian berfungsi untuk menahan perilaku yang
tidak diinginkan untuk kembali terjadi. Sayangnya, hal ini tidak memberikan
instruksi positif kepada anak tersebut.
Hasil ketiga dari hukukman adalah dalam penyebaran efeknya. Setiap stimulus yang diasosiasikan dengan
hukuman mungkin akan ditekan. Dalam contoh diatas, anak laki-laki tersebut
hanya dapat relajar untuk menghindari adik perempuannya, menjaga jarak dengan
orangtuanya, atau mengembangkan perasaan negative terhadap pemukul atau tempat
pemukulan terjadi. Sebagai hasilnya, perilaku anak laki-laki tersebut terhadap
keluarganya menjadi maladaptive. Sementara perilaku tidak tepat ini bertujuan
untuk menghindari hukuman di masa depan. Skinner mengakui mekanisme pertahanan
diri klasik Freudian sebagai cara yang efektif dalam menghindari rasa sakit dan
kecemasan yang mengiringinya. Orang yang dihukum mungkin akan berfantasi,
memproyeksikan perasaan mereka kepada orang lain, merasionalisasi perilaku
agresif, atau melakukan displacement terhadap
orang lain.
2. Perbandingan antara Hukuman dan Penguatan
Hukuman mempunyai beberapa karakteristik yang sama dengan
penguatan. Seperti adanya dua macam penguatan ( positif dan negative ), terdapat
dua macam hukuman. Hukuman pertama membutuhkan pemberian stimulus yang tidak di
sukai, sedangkan hukuman yang kedua melibatkan penghilangan suatu penguatan
positif. Contoh dari hukuman yang pertama adalah rasa sakit yang dirasakan
karena jatuh ditrotoar bersalju akibat berjalan terlalu cepat. Contoh hukuman
yang kedua adalah denda yang sangat tinggi yang dikenakan pada seorang
pengendara motor akibat mengendarai motor terlalu cepat. Contoh yang pertama
merupakan hasil dari kondisi alami, sementara yang kedua mengikuti suatu
intervensi dari manusia. Kedua tipe hukuman ini menguak karakteristik kedua
yang sama antara hukuman dan penguatan. Keduanya dapat diperoleh dari
konsekuensi alami ataupun diberikan oleh orang lain.
Karakteristik yang terakhir, hukuman dan penguatan sama-sama
merupakan cara untuk mengontrol perilaku, baik control yang sudah dirancang
ataupun yang terjadi kebetulan.
Penguat yang dikondisikan dan
digeneralisasi
Penguat yang dikondisikan adalah
stimulus lingkungan yang secara alami memuaskan, namun menjadi seperti itu
karena diasosiasikan dengan penguat
primer atau yang tidak dipelajari, seperti makanan, air, seks.
Skinner (1953) mengenal lima penguat penting yang
digeneralisasi dan mempertahankan banyak perilaku manusia: perhatian,
persetujuan, afeksi, dan lain-lain. Masing-masing penguatan tersebut dapat
digunakan dalam beragam situasi.
Kepunahan
Respons dapat menghilang karena
empat alas an. Pertama, respons terlupakan seiring berjalannya waktu. Kedua,
dan lebih mungkin terjadi, respons dapat menghilang karena adanya gangguan dari
pembelajaran sebelumnya atau sesudahnya.
Ketiga, respons dapat menghilang
karena adanya hukuman. Penyebab keempat, adalah kepunahan-kecenderungan dari respons ysng sebelumnya telah
dipelajari untuk secara bertahap mulai melemah setelah tidak adanya penguatan.
Kepunahan
operan terjadi
saat seorang peneliti secara sistematis menahan penguatan untuk suatu respons
yang telah dipelajari sebelumnya sampai kemungkinan respons terjadi menurun
sampai angka nol. Kecepatan dari kepunahan operan sangat bergantung dari jadwal
penguatan saat pembelajaran terjadi.
Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah
Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah
sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm
122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1.
Belajar itu adalah tingkah laku.
- Perubahan tingkah-laku
(belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam
kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
- Hubungan yang berhukum antara
tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat
tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan
di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
- Data dari studi eksperimental
tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima
tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
2.4. Eksperimen
yang Dilakukan Oleh B.F. Skinner
Skinner yakin
jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning atau
pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons.
Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan
Skinner membuat
mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan dengan
"Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakan
dalam percobaanya.
Dalam
percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor
tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan
akan menekan sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga
diperoleh penguatan dalam bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor
binatang akan memperlihatkan bentuk perilaku tertentu; tikus tadi misalnya,
akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali masuk kedalam
Box, yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat ke
sekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikus
menyentuh tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukan
hal ini akan mendapatkan makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian
makanan tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentu
dengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akan
belajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikus
tersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadaman
atau penghilangan dengan menghilangkanpenguatannya.
Dalam
eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut
sebagai reinforcement, yaitu setiap kejadian yang meningkatkan ataupun
mempertahankan kemungkinan adanya respon terhadap kemungkinan respon yang
diinginkan. Biasanya yang berupa penguat adalah sesuatu yang dapat menguatkan
dorongan dasar (basicdriver, seperti makanan yang dapat memuaskan rasa lapar
atau air yang dapat menguatkan rasa haus) namun tidak harus selalu demikian.
Pada manusia,
penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak effisien.
Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakah
konsekuansi-konsekuensi yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena
bergantung pada sejarah individu, penguatan dan disiplin terkadang dapat
menjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian dapat menjadi hukuman.
Adapun jenis-jenis Penguat Skinner dikategorikan menjadi
:
1)
Penguat
utama (Primary reinforcers) adalah penguat yang memengaruhi perilaku
tanpa perlu belajar, seperti: makan, minum dan seks. Ini
disebut penguat alami.
2)
Penguat
sekunder (Secondar reinforcers) adalah penguat yang membutuhkan tenaga
penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama, seperti memuji
seseorang.
Tadi telah
diuraikan bahwa bagaimana seekor tikus dalam Skinner Box yang menekan tuas akan
menerima butir-butir makanan setiap kali tikus tersebut melakukannya. Apabila
kita menghentikan pemberian penguatan ini, perilaku penekanan tuas pun secara
bertahap akan menghilang, biasanya hanya beberapa menit setelah penghentian
penguatan. Apa yang membuat Operant Conditioning ini penting untuk menjelaskan
belajar adalah pengembangan jadwal penguatan yang dilakukan oleh Skinner.
Jadwal ini merupakan bentuk lain dari penyajian penguatan yang dihasilkannya
perbedaan pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan tuas oleh
tikus tadi, maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya
perilaku penekanan tuas. Jadwal penguatan inilah yang membuat Operant
Conditioning menjadi bentuk belajar yang sangat Fleksibel. Setiap respons yang
pada suatu saat dapat dibiasakan dan dapat juga diakhiri sesuai dengan
keinginan kita, dan ini tercapai dengan melalui beragam jadwal penguatan.
Penguatan dapat
dialakukkan kepada perilaku entah melalui jadwal yang berkesinambungan atau
sebentar-sebentar. Dalam jadwal-penguatan-berkesinambungan (continous
schedule), organisme diperkuat untuk setiap responnya. Jenis penjadwalan ini
dapat meningkatkan frekuensi respons sekalipun pemakaian penguat kadang-kadang
tidak efisien. Skinner kemudian mengusulkan jadwal-penguatan sebentar-sebentar
(intermittent schedules) yang bukan hanya lebih effisien menggunakan penguat,
tetapi juga menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap pemadaman. Melalui intermittent schedule
Skinner mengidentifikasi dua macam penguatan yaitu :
a.
Interval
reinforcement : adalah penguatan yang dijadwalkan atau yang
muncul pada interval waktu yang telah ditentukan. Contoh: seseorang memutuskan
untuk memberikan permen hanya jika orang tersebut tetap diam
selama lima menit. Setelah itu baru diberikan permen, tidak ada penguatan
tambahan yang diberikan sampai berlalu lima menit berikutnya.
b.
Ratio Reinforcement : adalah penguatan yang muncul setelah sejumlah respon tertentu. Contoh:
seseorang akan memberikan permen pada seorang anak apabila anak tersebut
menampilkan perilaku patuh, setelah anak tersebut patuh kemudian diberikan
permen tersebut dan terus seperti itu sehingga anak tersebut benar-benar patuh.
Penjadwalan tersebut terbagi lagi menjadi 4
jenis penguatan jadwal, yakni :
i.
Rasio tetap (Fixed ratio), dimana
penguatan tergantung pada sejumlah respon yang terbatas. Artinya, mengatur
pemberian reinforcement sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian
kalinya. Misalnya, pekerja diberikan bonus apabila mampu menghasilkan produk
sesuai target dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar (mampu
mengikuti prosedur). Tujuannya untuk membentuk perilaku bekerja yang efektif
dan tetap memperhatikan kualitas.
ii.
Rasio yang dapat berubah (variable ratio), dimana
sejumlah respon yang dibutuhkan untuk penguatan yang berbeda-berbeda dari satu
penguatan ke penguatan berikutnya. Misalnya, Pemberian bonus pada pekerja
dilakukan secara acak yaknipada periode tertentu pekerja diberikan bonus
apabila mampu memberikan performa kerja yang ramah dan menghasilkan produk
berjumlah 1000 unit, namun pada periode yang lain pekerja diberikan bonus
apabila telah mampu menghasilkan produk 2000 unit, dan pada waktu yang lain
pekerja mendapatkan bonus saat mampu menghasilkan produk 2500 unit. Tujuannya
untuk membentuk perilaku bekerja dengan tidak selalu bergantung kepada bonus
karena bonus akan diberikan sewaktu-waktu sehingga pekerja cenderung akan
menampilakan performa kerjanya yang paling maksimal.
iii.
Interval tetap (fixed interval), dimana
suatu respon menghasilkan penguatan setelah jangka waktu tertentu
(khusus).Misalnya, Ujian tengah semester diberikan pada pertengahan semester
(waktu telah ditentukan). Mahasiswa akan belajar lebih sungguh-sungguh saat
menjelang ujian agar mendapat nilai yang baik. Tujuannya membentuk perilaku
belajar.
iv.
Interval yang dapat berubah (variable interval), dimana
penguatan tergantung pada waktu dan suatu respon, tetapi waktu antara
penguatan berbeda-beda. Artinya, reinforcement diberikkan dalam waktu yang
tidak menentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikkan sama dengan
pengaturan tetap. Misalnya, dosen yang memberikan kuis tiba-tiba dalam
perkuliahan sehingga mahasiswa diharapkan selalu belajar agar apabila diadakan
kuis mendadak mereka akan siap dan dapat meraih nilai yang baik. Tujuannya
membentuk perilaku belajar mahasiswa.
Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada
dua hukum operant yang berbeda lainnya, yaitu Law Of Operant Conditioning
dan Law of Operant
Extinction.
1) Law of operant conditining yaitu jika suatu tingkah/perilaku diiringi dengan stimulus penguat (Reinforcement), maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2)
Law of operant
extinction yaitu jika suatu perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat (Reinforcement), maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
Kedua hukum ini pada dasarnya
juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (Classical Conditioning)
Skinner
membedakan perilaku atas :
ü Perilaku alami
(innate behavior), yang kemudian disebut juga sebagai classical ataupun
respondent behavior, yaitu perilaku yang diharapkan timbul oleh stimulus yang
jelas ataupun spesifik, perilaku yang bersifat refleksif.
ü Perilaku operan
(operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak
diketahui, namun semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah
mendapatkan penguatan
2.5. BEHAVIORISME
ILMIAH
Seperti Thorndike dan Watson,
Skinner bersikeras bahwa perilaku manusia harus di pelajari secara ilmiah. Aliran
behaviorisme ilmiahnya berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dengan baik
tanpa referensi mengenai kebutuhan, insting, dan motif. Mengatribusikan
motivasi pada perilaku manusia sama saja dengan mengatribusikan kemauan bebas
kepada fenomena alam. Namun kebanyakan psikolog kepribadian berasumsi bahwa
manusia termotivasi oleh dorongan internal dan pemahaman dari dorongan tersebut
menjadi penting.
Walaupun Skinner yakin bahwa kondisi
internal berada di luar domain ilmu pengetahuan, ia tidak menolak keberadaannya.
Kondisi seperti rasa lapar, emosi, nilai-nilai, kepercayaan diri, kebutuhan
agresif, keyakinan religious, dan kebencian memang ada, namun tidak menjelaskan
suatu perilaku. Untuk menggunakan kondisi internal sebagai penjelasan, tidak
hanya sia-sia, tetapi juga membatasi kemajuan behaviorisme ilmiah. Ilmuawan
lainnya telah membuat kemajuan yang lebih besar karena telah lama meninggalkan
praktik yang mengatribusikan motif, kebutuhan, atau kekuatan dari keinginan
pada pergerakan dari organisme hidup dan benda-benda mati.
2.5.1. Filsafat Ilmu Pengetahuan
Behaviorisme
ilmiah memberi ruang untuk interpretasi perilaku, tetapi tidak pada penjelasan
mengenai penyebabnya. Interpretasi mengijinkan ilmuan untuk menggeneralisasi
kondisi pembelajaran yang sederhana kepada konsisi yang lebih kompleks.
2.5.2. Karakteristik
Ilmu Pengetahuan
Menurut Skinner ( 1953 ), ilmu
pengetahuan memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, ilmu pengetahuan
bersifat kumulatif; kedua, merupakan suatu sikap yang menghargai observasi
empiris; ketiga, ilmu pengetahuan adalah suatu pencarian atas keteraturan dan
hubungan yang berdasarkan hukum-hukum. Secara khusus, ada tiga komponen sikap
ilmiah. Pertama, ilmu pengetahuan menolak
adanya otoritas. Hanya karena seseorang yang sangat di hormati. Kedua, ilmu
pengetahuan menuntut suatu kejujuran
intelektual, dan hal tersebut menuntut ilmuan untuk menerima suatu fakta
walaupun bertentangan dengan keinginan dan kemauan mereka. Sikap ini tidak
berarti bahwa secara otomatis ilmuwan menjadi sangat jujur daripada orang lain.
Mereka tidak. Ilmuwan dikenal sering memanipulasi data dan salah
menginterpretasikan temuan mereka. Akan tetapi, sebagai sebuah disiplin ilmu,
ilmu pengetahuan menempatkan harga yang tinggi atas kejujuranintelektual karena
jawaban yang benar pada akhirnya akan ditemukan. Para ilmuwan tidak mempunyai
pilihan selain melaporkan hasil atau temuan yang bertentangan dengan harapan
ataupun hipotesis mereka, karena apabila tidak dilakukan, maka orang lain akan
melakukannya, dan hasil terbaru akan menunjukkan bahwa ilmuwan yang telah
melakukan kesalahan dalam menginterpretasikan data tersebut, salah.
Terakhir, ilmu pengetahuan menahan penilaian sampai suatu tren yang
jelas menerbitkan suatu temuan yang belum diverifikasi ataupun diuji dengan
cukup. Apabila laporan dari hasil temuan seorang ilmuwan tidak dapat
direplikasi, maka ilmuwan tersebut akan terlihat bidih, di sisi baiknya, dan
tidak jujur di sisi buruknya. Oleh karena itu, sikap skeptis yang sehat dan
kemauan untuk menahan suatu penilaian menjadi esensial ketika menjadi seorang
ilmuwan.
Skinner ( 1953 ) yakin bahwa
prediksi, control, dan deskripsi memungkinkan untuk ada dalam behaviorisme
ilmiah, karena perilaku ditentukan dan berdasarkan hokum-hukum. Perilaku
manusia, yang berupa entitasbologis dan fisik, bukanlah suatu gagasan yang
tidak jelas ataupun hasil dari keinginan bebas ( free will ).
Perilaku manusia ditentukan oleh
beberapa variable yang dapat diidentifikasi dan mengikuti suatu prinsip hukum
yang memiliki batasan jelas, yang berpotensi untuk dapat diketahui. Perilaku
yang terlihat tidak jelas atau tidak terduga, atau ditentukan secara
individual, berada diluar kapasitas ilmuwan untuk memprediksi ataupun
mengontrol. Akan tetapi, secara hipotesis, kondisi ketika hal tersebut terjadi
dapat ditemukan, mengizinkan untuk prediksi dan control serta deskripsi.
Skinner memberikan banyak waktunya untuk menemukan kondisi-kondisi tersebut,
menggunakan suatu prosedur yang disebut pengondisian operan.
2.6. ORGANISME
MANUSIA
Menurut Sinner
(1987) perilaku manusia dan kepribadian manusia dibentuk oleh tiga kekuatan :
(1) seleksi alam, (2) praktik budaya, (3) sejarah seseorang atas penguatan yang
diterimanya. Akan tetapi, pada akhirnya seleksi alam, sejak pengondisian operan
adalah suatu proses yang berevolusi dan praktik budaya menjadi aplikasi
spesialnya.
Seleksi Alam
Kepribadian
manusia adalah hasil dari sejarah evolusi yang panjang. Sebagai individu,
perilaku kita ditentukan oleh komposisi genetis dan terutama oleh sejarah pribadi
kita atas penguatan yang diterima. Akan tetapi sebagai spesies kita dibentuk
oleh faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup, Seleksi alam mempunyai
peranan penting dalam kepribadian manusia.
Perilaku yang
bersifat menguatkan cenderung akan diulangi yaitu yang tidak cenderung
mengutkan akan dibuang. Serupa dengan hal tersebut, perilaku yang sepanjang
sejarah telah bermanfaat untuk suatu spesies akan bertahan, sementara yang
menguatkan hanya untuk orang-orang tertentu cenderung akan dibuang. Sebagai contoh,
seleksi alam lebih condong pada seseorang yang pupil matanya akan berdilatasi
dan berkontraks dengan perubahan percahayaan. Kemampuan superior yang membuat
mereka dapat melihat di siang dan malam hari, membantu mereka menghindari
bahaya yang mengancam hidup mereka dan untuk bertahan hidup sampai usia
reproduksi mereka. Serupa dengan hal tersebut, bayi yang ke arah dimana pipinya
dielus dengan lembut, dapat menghisap sehingga meningkatkan kemungkinannya
untuk bertahan hidup dan kemungkinan untuk karateristik rooting ini diturunkan
pada anak-anaknya. Hal tersebut adalah adalah dua contoh atau beberapa reflex
yang menjadi karateristik bayi manusia saat ini. Beberapa reflex seperti reflex
pupil, terus mempunyai nilai kemampuan bertahan hidup, sementara yang lainnya
seperti reflex rooting mempunyai manfaat yang semakin berkurang.
Walaupun
seleksi alam membantu beberapa perilaku manusia, namun seleksi alam
memungkinkan hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil dari tindakan manusia.
Skinner (1989) menyatakan bahwa faktor-faktor dari penguatan, terutama yang
telah membentuk budaya manusia, menjelaskan kebanyakan dari perilaku manusia.
Evolusi Budaya
Skinner lebih
suka mengelaborasikan secara penuh pada kepentingan budaya dalam pembentukan
perilaku manusia. Seleksi bertanggung
jawab atas praktik budaya yang telah bertahan sebagaimana seleksi memiliki
peranan kunci dalam sejarah evolusi manusia dan juga faktor-faktor dari
penguat.
Sisa-sia
budaya, seperti juga dari seleksi alam tidak semuannya bersifat adaptif.
Sebagai contoh, divisi pekerja yang muncul dari revolusi industry telah
membantu masyarakat untuk memproduksi lebih banyak barang, namun hal tersebut
mengarah pada pekerjaan yang tidak lagi menguatkan secara langsung. Contoh lain
adalah peperangan, ketika dalam dunia pra-industrisasi memberikan manfaat bagi
beberapa masyarakat, namun saat ini telah berubah menjadi suatu ancaman bagi
keberadaan manusia.
Kondisi
Internal
Walaupun
menolak penjelasan dari perilaku yang ditemukan dalam konstruk hipotesis yan
bersifat tidak dapat diobservasi, Skinner tidak menyangkal adanya kondisi
internal seperti perasaan cinta, kecemasan atau ketakutan. Kondisi internal
dapt dipelajari sama perilaku lainnya namun tentu saja observasi mereka
terbatas.
1.
Kesadara Diri
Skinner (1974) yakin bahwa manusia
tidak hanya mempunyai kesadaran, tetapi juga mengetahui atau menyadari
kesadaran mereka tersebut. Mereka tidak hanya mengobservasi stimulus eksternal
\, tetapi juga sadar bahwa mereka sedang mengobservasi stimulus tersebut.
Perilaku adalahsuatu fungsi dari
lingkungan dan bagian dari lngkunga yang berada di dalam seseorang. Bagian
kehidupan ini adalah khusus milik seseorang sehingga bersifat personal. Setiap
orang secara bersifat subyektif sadar akan pikiran, perasaan, ingatan dan
intensinya.
2.
Dorongan
Dari sudut pandang behaviorisme
radikal, dorongan bukanlah penyebab dari perilaku namun lebih merupakan suatu
penjelasan fiktif. Bagi Skinner (1953), dorongan hanya merujuk pada dampak
kekurangan dari pemuasan atas sesuatu dan pada probobalitas yang berkaitan
dengan sesuatu yang akan direspon oleh organism. Untuk membuat seseorang
kekurangan makanan akan meningkatkankemungkinan untuk makan, untuk memuaskan
seseorang akan menurunkan kemungkinan tersebut.
Akan tetapi,
kondisi kekurangan dan puas bukanlah satu-satunya yang berkorelasi dengan
perilaku makan. Faktor-faktor lain yang meningkatkan atau menurunkan
kemungkinan seseorang untuk makan adalah rasa lapar yang diobservasi secara
internal, ketersediaan makanan dan pengalaman terdahulu dengan penguatan
perilaku berupa makanan.
3.
Emosi
Skinner (1974) mengenali keberadaan
subyektif dari emosi, namun ia bersikeras bahwa perilaku tidak dapat
diatribusikan pada emosi. Ia menjelaskan emosi melalui faktor-faktor dari
kemampuan bertahan hidup dan faktor-faktor penguatan. Sepanjang millennium,
seseorang yang mempunyai kecenderungan kuat terhadap rasa takut ataupun
kemarahan adalah mereka yang berhasil selamat atau meraih kemenangan atas suatu
kondisi berbahaya, sehingga mampu menurunkan
karateristik ini pada keturunannya. Pada level perseorangan perilaku
yang diikuti oleh rasa senang, kegembiraan, kenikmatan dan emosi-emosi
menyenangkan lainnya cenderung akan mendapat penguatan, sehingga meningkatkan
kemungkinan perilaku ini akan terulang dalam kehdupan orang tersebut.
4.
Tujuan dan
Intensi
Skinner (1974) juga mengenali konsep
tujuan dan intense, namun sekali lagi, ia memperingatkan untuk tidak
mengatribusikan perilaku pada kedua konsep tersebut. Tujuan dan intense ada
dalam diri seseorang. Namun tidak dapat diteliti secara langsung dari luar.
Tujuan yang terasa dan sedang dilakukan dengan sendirinnya mungkin bersifat
menguatkan. Sebagai contoh, seseorang
dapat memiliki intense untuk menonton film pada jumat sore karena menonton film
yang serupa telah memberikan efek yang menguatkan. Pada saat orang tersebut
ingin pergi menonton film, ia merasakan kondisi fisik dari dalam dirinnya dan
memberikan label “intense”. Oleh karena itu, apa yang disebut intesi atau tujuan
adalah stimulus yang terasa secara fisik dari dalam orgamnisme dan bukan suatu
peristiwa mental yang bertanggung jawab atas suatu perilaku. Konsekuaensi dari
perilaku operan bukanlah untuk apa perilaku tersebut sekarang, konsekuensinnya
keduannya hamper sama dengan konsekuensi yang telah terbentuk dan
mempertahankannya.
Perilaku
Kompleks
Perilaku
manusia dapat menjadi sangat kompleks, tetapi skinner yakin bahwa bahkan perilaku yang paling
abstrak dan kompleks terbentuk dari seleksi alam, evolusim budaya dan sejarah
seseorang atas penguatan yang diterimanya. Sekali lagi, Skinner tidak
menyangkal adanya proses mental tingkat tinggi seperti kognisi dan mengingat.
Ia juga tidak melupakan usaha-usaha kompleks manusia, seperti kreativitas,
perilaku yang tidak disadari, mimpi dan perilaku social.
1. Proses Mental
Tingkat Tinggi
Skinner (1974)
mengakui bahwa pikiran manusia adalah hal yang paling sulit dinalisis dari
semua perilaku manusia, tetapi setidaknya berpotensi untuk dimengerti selama
seseorang tidak beralih pada hipnotis fiktif seperti “mind”. Berfikir,
memecahkan masalah dan mengingat kembali merupakan perilaku yang dapat
terlihat, yang mengambil tempat didalam diri seseorang, tetapi tidak didalam
pikiran. Sebagai perilaku, contoh tersebut juga dapat dijelaskan melalui
faktor-faktor penguatan yang samadengan perilaku yang dapat dilihat (overt
behavior). Sebagai contoh, saat seseorang lupa dimana ia menaruh kunci
mobilnya, ia akan mencarinya karena perilaku mencari yang serupa telah
diberikan penguatan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
2.
Kreativitas
Mengenai kreativitas, Skinner (1974)
membandingkan perilaku kreatif dengan seleksi alam dalam teori evolusi.
“Sebagai suatu sifat yang tidak disengaja, yang muncul dari mutasi, diseleksi
atau kontribusinnya pada kemampuan bertahan hidup, maka variasi yang tidak
disengaja dalam perilaku diseleksi berdasarkan faktor-faktor penguat mereka.
Sama seperti bagaimana seleksi alam menjelaskan perbedaan diantara spesies
tanpa bergantung pada suatu pikiran kreatif yang Maha Kuasa. Behaviorisme
menjelaskan perilaku yang inovatif dan baru tanpa menghiraukan pikiran kreatif
yang personal.
Bagi Skinner kretifitas hanyalah
suatu perilaku (overt maupun covert) yang random dan tidak disengaja yang
mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Fakta bahwa beberapa orang lebih kretif
dari pada orang lain adalah karena adanya perbedaan genetis dan perbedaan
pengalaman yang membentuk perilaku kreatif mereka.
3.
Perilaku yang
Tidak Disadari
Sebagai penganut behaviorisme
radikal, Skinner tidak dapat menerima gagasan bahwa ada suatu gudang dari ide
dan emosi yang tidak disadari. Akan tetapi, ia menerima perilaku yang tidak
disadari. Malah, karena manusia jarang mengobservasi hubungan antara variable
genetic, lingkungan dan perilaku mereka sendiri, hamper semua perilaku kita
termotivasi secara tidak sadar. Dalam pembahasan yang terbatas, perilaku
disebut tidak sadar saat seseorang tidak lagi memikirkan tentang hal tersebut,
karena telah ditekan memalui hukum. Perilaku yang mempunyai konsekuensi yang
tidak menyenangkan mempunyai kecederungan untuk dilupakan atau tidak lagi
berada didalam pikiran. Seorang anak yang dihukum secara berulang dan dengan
keras karena permainan yang bersifat seksual, mungkinakan menekan perilakunya
sekaligus menahan pikiran atau ingatan mengenai aktivitas seksual tersebut telah
terjadi. Penyangkalan seperti itu menghindari aspek yang tidak diinginkan, yang
berkaitan dengan pkiran mengenai hukuman dan kemudian menjadi suatu penguat
negative. Dengan perkataan lain, anak tersebut akan terdorong untuk tida
berfikir mengenai suatu perilaku seksual.
4.
Mimpi
Skinner (1953) melihat mimpi sebagi
suatu bentuk perilaku yang tertutup dan simbolis, yang dapat dijelaskan oleh
faktor-faktor penguatan sebagaiman perilaku pada umumnya. Ia setuju dengan
Freud bahwa mimpi dapat berfungsi untuk tujuan pemenuhan keinginan. Perilaku
bersifat menguatkan saat stimulus seksual atau agresif akhirnya dapat
diekspresikan. Untuk mempraktika fantasi seksual dan untuk benar-benar
menyakiti seorang musuh adalah dua perilaku yang mungkin diasosiasikan dengan
hukuman. Bahkan, untuk memikirkan secara tertutup perilaku-perilaku tersebut
akan mempunyai dampak yang menghukum, namun didalam mimpi perilaku tersebut
dapat diekspresikan secara simbolis tanpa hukuman yang menyertainya.
5.
Perilaku Sosial
Kelompok tidak
berperilaku, hanya individulah yang berperilaku. Individu-individu membentuk
kelompok karena mendapatkan suatu manfaat dengan melakukan hal tersebut.
Keanggotaan dari kelompok sosial tidak selalu memberikan penguatan, namun
setidaknya tiga alasan, beberapa individu tetap menjadi anggota dari suatu
kelompok. Pertama, individu tetap berada pada suatu kelompok yang menyiksa
mereka karena beberapa anggota anggota kelompok menguatkan mereka. Kedua,
beberapa individu terutama anak-anak mungkin tidk memunyai cara keluar dari
keompok. Ketiga, pengutan mungkin terjadi dalan suatu jadwal yang tidak
teratur.
Kontrol dari
Perilaku Manusia
Perilaku
seseorang dikontrol oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat
ditegakkan oleh masyarakat, orang lain, atau diri sendiri; namun lingkungan,
dan bukan kemauan bebas, yang bertanggung jawab atas semua perilaku.
· Kontrol Sosial
Seseorang bertindak untuk membentuk
suatu kelmpok sosial karena perilaku semacam ini cenderung menguatkan. Kemudian,
kelompok akan memberikan suatu kontrol terhadap anggotanya dengan merumuskan
hukum, peraturan atau kebiasaan secara tertulis ataupuntidak, yang mempuyai
suatu kehadiran fisik diluar kehidupan
tersebut. Hukum negara, peraturan organisasi, dan kebiasaan budaya berada
diatas cara-cara seseorang untuk melawan suatu kontrol dan berfungsi sebagai
variabel yang mengontrol dengan sangat kuat dalam hidup anggotannya.
Menurut Erich Fromm, setiap orang
dikontrol oleh beragam tekanan dan teknik sosial, namun semannya dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori: (1) pengondisian operan, (2) menjelaskan
faktor-faktor, (3) kekurangan dan kepuasan, (4) pengendalian fisik (Skinner,
1953).
Masyarakat memberikan suatu kontrol
atas anggotanya melalui empat metode prinsip dari pengondisian operan, yaitu
pengutan positif, penguatan negatif, dan dua teknik hukuman (memberikan
stimulus yang tidak menyenagkan atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan).
Teknik kedua dari kontrol sosial
adalah untuk memprediksikan kepada seseorang mengenai faktor-faktor dari
penguatan. Menjelaskan faktor-faktor melibatkan bahasa-biasanya verbal, untuk
memberitahu orang-orang konsekuensi dari perilaku yang belum mereka kerjakan.
Banyak contoh yang tersedia dari menjelaskan faktor-faktor, antara lain melalui
ancaman atau janji. Cara yang lebih halus dalam kontrol sosial adalah dengan
iklan, dirancang untuk memanipulasi manusia untuk membeli suatu produk
tertentu. Tidak ada satupun dari contoh-contoh ini yang mengusahakan suatu
kontrol akan berhasil dengan sempurna,
tetapi masing-masing meningkatkan kemungkinan perilaku yang diinginkan
akan muncul.
Ketiga, perilaku dapat dikontrol
dengan membuat sesorang kekurangan atau dengan memuaskan mereka dengan suatu
pendorong. Sekali lagi, walaupun dengan kekurangan dan kepuasan adalah kondisi
internal, tetapi kontrolnya tetap berasal dari lingkungan. Orang-orang yang
kekurangan makanan lebih mungkin untuk makan; mereka yang puas memiliki
kemungkinan yang lebih rendah walauoun tersedia makanan yang lezat.
Terakhir, manusia dapat dikontrol melalui pengendalian fisik, seperti
menahan seorang anak dari suatu jurang yang dalam atau dengan memasukkan
pelanggar hukum kepenjara. Pengendalian fisik berfungsi untuk melawan dampak
pengondisian, dan pengendalian tersebut berakibat pada erilaku yang
berkebalikan darri apa yang akan dilakukan oleh seseorang apabila ia tidak
dikendalikan.
Beberapa orang mungkin akan berkata
bahwa pengendalian fisik adalah cara untuk menghalau kebebsan seseorang. Akan
tetapi, Skinner (1971) yakin bahwa perilaku tidak mempunyai hubungan apa pu
dengan kebebasab pribadi, tetapi dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan
bertahan hidup serta dampak dari penguatan adalah faktor-faktor dari lingkungan
sosial. Oleh karena itu, suatu tindakan mengendalikan fisik eseorang tidak
melakukan negasi yang berlebih pada kebebasan dibandingkan teknik kontrol
lainnya, termasuk kontrol diri.
· Kontrol Diri
Skinner
mengatakan bahwa seperi seseorang dapat ,mengubah variabel yang ada dalam lingkunganorang
lain, mereka juga dapat memanipulasi variabel dalm lingkunganmereka sendiri,
dan melakukan beberapa bentuk kontrol diri.
Skinner dan
Margaret Vaughan (skinner&vaughan, 1983) telah mendiskusikan beberapa teknik yang dapat digunakan oleh manusia
untuk melakukan kontrol diri tanpa bergantung pilihan bebas. Pertama, mereka
dapat menggunakan alat bantu seperti perkakas, mesin, dan sumber finansial
merubah lingkungan mereka. Kedua, manusia dapat merubash lingkungannya sehingga
meningkatkan kemungkinan munculnya perilaku yang diinginkan. Ketiga, manusia
dapat mengatur lingkungannya supaya dapat menghindari stimulus yang tidak
menyenangkan, hanya dengan melakukan respon yang tepat. Keempat, manusia dapat
menggunakan obat-obatan, terutama alkohol sebagai suatu cara melakukan kontrol
diri. Kelima, manusia dapat melakukan hal lain untuk menghindari berperilaku
dengan cara yang tidak diinginkan.
2.7. KEPRIBADIAN YANG TIDAK SEHAT
Teknik kontrol
sosial dan kontrol diri kadang-kadang memberikan dampak yang merusak, yang
dapat berakibat pada perilaku yang tidak pantas dan perkembangan kepribadian
yang tidak sehat.
Strategi
Perlawanan
Saat kontrol
sosial yang terasa berlebih, manusia dapat menggunakan tiga strategidasar untuk
melawan hal tersebut, mereka dapat menghindar, memberontak atau menggunakan
resistensi pasif (Skinner, 1953). Dengan strategi mertahan melalui menghindar,
manusia menarik diri dari agen yang melakukan kontrol secara fisik atau
psikologis. Manusia yang melawan dengan menghidar akan mengalami kesuliatan
untuk terlibat dalam hubungan personal yang intim, cenderung menjadi tidak
percaya pada orang lain, dan memilih untuk hidup sendirian tanpa adanya
keterlibatan.
Manusia yang
memberontak atas kontrol sosial berperilaku lebih aktif, dengan kembali
menyerang agen yang melawan kontrol. Orang dapat memberontak dengan merusak
fasilitas umum, meniksa guru, melakukan penyerangan secara verbal pada orang
lain, mencuri peralatan dari pemilik usaha, memprovokasi polisi, atau
menggulinhkan organisasi yang sudah terbentuk seperti agama atau pemerintahan.
Manusia yang
melawan kontrol melalui resistensi pasif lebih tenang darpada mereka yang
memberontak, dan lebih mengganggu para pelaku kontrol daripada mereka yang
mencoba untuk menghindar. Skinner (1953) yakni bahwa resistensi pasif paling
sering digunakkan pada saat menghindar danj memeberonntak gagal dilakukan.
Salah satu karakteristik yang paling jelas adalah sifat keras kepala.
Perilaku yang
Tidak Pantas
Perilaku yang
tidak pantas merupakan hasil dari teknik melawan kontrol sosial yang merugiukan
diri sendiri atau dari usaha yang gagal dalam melakukan kontrol diri, terutama
saat salah satu dari kegagalan ini diikuti oleh emosi yang kuat. Seperti
kebnayakan perilaku, respon yang tidak pantas atau tidak sehat dipelajari.
Perilaku tersebut terbentuk dari penguatan negatif dan positif, khususnya oleh
dapmpak dari hukuman.
Perilaku yang
tidak pantas meliputi perilaku yang sangat kuat dan berlebihan, yang tidak
masuk akal untuk sitiasi yang kontemporer, namun dapat masuk akal dalam konteks
sejarah masa lalu; dan perilaku snagat terbatas, yang digunakan manusia sebagai
cara untuk menghindari stimulus yang tidak menyenangkan yang diasosiasikan
dengan hukuman. Bentuk lain dari perilaku tidak pantas adalah menghindari
kenyataan dengan tidak memberikan perhatian sama sekali terhadap stimulus yang
tidak menyenangkan.
2.8. APLIKASI TEORI SKINNER TERHADAP PEMBELAJARAN
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
ü Bahan yang dipelajari
dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
ü Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
ü Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
ü Materi
pelajaran digunakan sistem modul.
ü Tes lebih
ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
ü Dalam proses
pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
ü Dalam proses
pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
ü Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak
menghukum.
ü Tingkah laku
yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
ü Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu)
ü Tingkah laku
yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan
ü Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
ü Mementingkan
kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
ü Dalam
belajar mengajar menggunakan teaching machine.
ü Melaksanakan
mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat
sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
2.9. ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN
Banyak aplikasi Pengkondisian operan telah dilakukan
diluar riset laboratorium, antara lain dikelas, rumah, setting bisnis,
rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata.
Analisis Perilaku terapan adalah
penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada
tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu
1.
Meningkatkan perilaku yang diinginkan.
2.
Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
3.
Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Meningkatkan perilaku yang
diharapkan
Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk
meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
– Memilih
Penguatan yang efektif: tidak semua penguatan akan sama efeknya
bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu
penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan
penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang
anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang
dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap
manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan
ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
– Menjadikan
penguat kontingen dan tepat waktu: agar penguatan dapat efektif,
guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu.
Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan
”jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya,
sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan
membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka.
Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal
matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu
mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
– Memilih jadwal
penguatan terbaik: menyusun jadwal penguatan menentukan kapan
suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
a) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku
diperkuat setelah sejumlah respon.
b) Jadwal rasio variabel : suatu
perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak
berdasarkan basis yang dapat diperidiksi.
c) Jadwal interval – tetap : respons
tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
d) Jadwal interval – variabel : suatu
respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
– Menggunakan
Perjanjian. Perjanjian (contracting) adalah menempatkan
kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak
bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka
sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus
berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan ”jika…
maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
– Menggunakan
penguatan negatif secara efektif: dalam pengutan negatif, frekuensi
respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang
dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu
diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti
seorang guru menggunakan penguatan negatif.
Menggunakan dorongan (prompt)
dan pembentukan (shapping)
Prompt (dorongan) adalah
stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan
meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping
(pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku
sasaran.
Mengurangi perilaku yang tidak
diharapkan
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak
diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang
harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
– Menggunakan Penguatan
Diferensial.
– Menghentikan penguatan
(pelenyapan)
– Menghilangkan stimuli
yang diinginkan.
– Memberikan stimuli
yang tidak disukai (hukuman)
2.10. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SKINNER
2.10.1. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai
setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman.
Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2.10.2. Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan
analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk
situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada
keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah
laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya
sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang
mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya
kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas
guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner
adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa.
Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi
dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan
merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik
seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada
siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Teori
belajar menurut B.F Skinner yaitu Operant Conditioning merupakan suatu
bentuk belajar yang mana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan oleh
konsekuensinya, dimana individu cenderung mengulang-ulang respon yang diikuti
oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya hukuman dan hadiah yang diberikan
akan membuat individu lebih mudah untuk belajar.
Menurut
Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement
) dan hukuman (punishment).Penguatan (reinforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku.
3.2. SARAN
Demikianlah
tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami dengan adanya
tulisan ini bisa menjadikan kita untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri
kita dan merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar
kita menjadi seorang pelajar yang bijak sekaligus intelek. Serta dengan harapan
dapat bermanfaat dan bisa dipahami oleh para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, J. F. (2010). Teori
Kepribadian Edisi 7 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar dan
pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan.
edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.
Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen
Dikti: Jakarta
Arie Asnaldi, 2005. Teori –Teori belajar. http://asnaldi.multiply.com/journal/item/
B.F. Skinner and radical behaviorism, http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one
Djiwandono,
Sri Esti Muryani. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo
Gredler,
Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Mahmud,
Drs. M. Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Purwanto,
Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Suryabrata,
Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Syah
M.Ed., Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sobur Alex, M.
Si. Drs. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia, 2003
Walgito Bimo.
Dr. Prof. Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta : ANDI, 2003
Alwisol.
Psikologi Kepribadian. Malang :UUM Press, 2007
Boeree George.
C. Dr. Personality Theories. Jogjakarta : PRISMASOPHIE, 2004
Ladidlaus
Naisaban, 1997, para psikolog terkemuka dunia: riwayat hidup, pokok pikiran,
dan karya, grasindo, jakarta hal 357-365