Jumat, 09 Juni 2017

MAKALAH TEORI B.F. SKINNER || PSIKOLOGI UMUM


MAKALAH PSIKOLOGI UMUM
TEORI B.F. SKINNER
 DOSEN: SK. Nawangsih, S.Psi., M.Psi
 Image result for universitas semarang



DISUSUN OLEH :
1.        MUHAMMAD RIDWAN                                 F. 131.16.0212
2.        LAILA IZZATUR ROHMAH                         F.131.16.0226
3.       GALANG ANGGRIAWAN SUSILO            F.131.16.0230
4.        OEI SONNY WIYONO                                    F.131.16.0241
5.        MARINI PURNOMO PUTRI                          F.131.16.0244
6.        NANK FRENKY                                               F.131.16.0251



UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2016/2017



BAB I

PENDAHULUAN

1.1.        LATAR BELAKANG

Banyak  teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan  oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok  untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.

 



1.2.         RUMUSAN MASALAH

Masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1)      Biografi B.F. Skinner
2)      Sejarah munculnya Teori  Kondisioning Operan
3)      Kajian umum Teori B.F. Skinner
4)      Eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner
5)      Behaviorisme ilmiah
6)      Organisme manusia
7)      Kepribadian yang tidak sehat
8)      Aplikasi Teori Skinner terhadap pembelajaran
9)      Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
10)   Kelebihan dan kekurangan teori Skinner


1.3.        TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1)      Mengetahui Biografi B.F. Skinner
2)      Mengetahui Sejarah munculnya Teori  Kondisioning Operan
3)      Mengetahui Kajian umum Teori B.F. Skinner
4)      Mengetahui Eksperimen yang dilakukan oleh B.F. Skinner
5)      Mengetahui Behaviorisme ilmiah
6)      Mengetahui Organisme manusia
7)      Mengetahui Kepribadian yang tidak sehat
8)      Mengetahui Aplikasi Teori Skinner terhadap pembelajaran
9)      Mengetahui Analisis perilaku terapan dalam pendidikan
10)   Mengetahui Kelebihan dan kekurangan teori Skinner


BAB II

PEMBAHASAN


2.1.  BIOGRFI B.F. SKINNER


Burhuss Frederick Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Anak pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara yang menjadi General Counsel di sebuah perusahaan batu bara besar, dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang kuat dan cerdas. Dia dididik oleh orang tuanya dengan didikan model kuno dan disiplin. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat.
Skinner kecil adalah seorang anak yang selalu aktif. Sehingga ia pun tetap aktif ketika beranjak remaja. Keinginannya untuk menjadi seorang penulis membuat ia selalu berkarya melalui tulisan. Selama menuntut ilmu di sekolah menengah, ia didorong oleh guru bahasa Inggrisnya agar mengambil jurusan sastra di perguruan tinggi. Di sekolah menengah, Skinner berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara antara lain dengan membuat iklan pertunjukan - pertunjukan, bermain jazz band dan bersama temannya mengorganisasi pertunjukan musik. Setelah lulus dari sekolah menengah, ia pun melanjutkan belajarnya di Hamilton College, di dekat Uthica. Pada masa itu ia menunjukkan minat seni dan intelektual yang besar pada seni sastra. Di Hamilton College, Skinner menjadi editor surat kabar mahasiswa sastra, menulis puisi, berlatih musik, menjadi pelukis dan permain saksofon.
Skinner merupakan anak yang kreatif, ia banyak menghasilkan waktu untuk merancang dan membuat berbagai alat permainan seperti gerobak, sumpit, layang-layang dan model-model pesawat terbang. Skinner tumbuh dalam keluarga yang hangat dan harmonis. Ia pun mengenang masa kanak-kanaknya sebagai kehidupan yang penuh kehangatan namun cukup ketat dalam kedisiplinan.
Skinner lebih suka hidup di luar rumah, ia pun sangat menikmati sekolahnya dan menciptakan sesuatu. Dalam hidupnya pernah terjadi suatu tragedi, yaitu saudara laki-lakinya meninggal dunia pada usia 1 tahun, karena pembengkakan pembuluh darah pada otak.
Skinner ingin sekali menjadi seorang penulis dan ia pun mencobanya dengan mengarang lalu mengirim puisi dan cerita pendek. Skinner terus saja menulis dan selalu berkarya sampai akhir hayatnya. Dan Skinner pun meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990, karena Leukimia. Ia telah berhasil menjadi seorang tokoh psikologi yang paling terkenal sejak Sigmund Freud.
Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College.       Skinner ingin menjadi seorang penulis. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Tetapi ayahnya tetap saja melarang dan menganjurkan untuk meninggalkan karir potensial ini. Skinner muda tetap saja tidak menghiraukan ayah dan kemudian ia menghabiskan waktu satu tahun untuk menulis cerita fiksi di Greenwich Village, tempat berkumpulnya para sastrawan di New York. Namun masa ini tidak produktif, kemudian Skinner berhenti menulis dan mengikuti progran kuliah pasca sarjana  psikologi di Universitas Harvard pada tahun 1928 dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan. Sebelum mengambil keputusan untuk kuliah jurusan psikologi, Skinner telah membaca karya dari Ivan Pavlov seorang fisiologi, dari Rusia yang telah mengadakan eksperimen dengan anjing yang refleks dikondisikan. Selain itu, Skinner juga membaca karya J.B Watson tentang behaviorisme dan Skinner pun tertarik. Dan Skinner berhasil meraih gelar doctor pada tahun 1931.
Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II.
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).



2.1.1.  Pokok Pemikiran :


      B.F. Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Dimana Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
      Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON kan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
      Tiga asumsi yang dimiliki Skinner dalam membangun teorinya:
                              1.  Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
                              2.  Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
                              3.  Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
      Functional analysis of behavior: analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol atas events ini membuat kita dapat mengontrol perilaku.
      Dua klasifikasi dasar dari perilaku menurut B.F Skinner: operants dan respondents. Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seekor tikus lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.

2.2. SEJARAH MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat  pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.

2.3. KAJIAN UMUM TEORI B.F SKINNER

Skinner ( 1953 ) mengenali dua bentuk pengondisian, klasik dan operan. Melalui pengondisian klasik ( yang disebut Skinner sebagai pengondisian responden ), suatu respons diperoleh dari sebuah organism dengan suatu stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasi. Dengan pengondisian operan ( yang disebut juga sebagai pengondisian Skinnerian ), sebuah perilaku dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung.
Salah satu perbedaan antara pengondisian klasik dan operan adalah bahwa pada pengondisian klasik, perilaku diperoleh dari organism, sementara dalam pengondisian operan, perilaku terpancar. Respons yang diperoleh dikeluarkan dari organism, sementara respons yang terpancar adalah yang muncul begitu saja. Oleh karena respons tidak terjadi di dalam suatu organism, sehingga tidak dapat dikeluarkan,Skinner lebih memilih istilah ”terpancar”. Respons yang terpancar tidak ada sebelumnya di dalam suatu organism, melainkan hanya muncul karena sejarah individual dari organisme tersebut mengenai penguatan (reinforcement).

2.3.1. Pengondisian Klasik

Dalam pengondisian klasik, suatu stimulus netral (conditioned) dipasangkan beberapa kali dengan suatu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned) sampai mampu membawa sebuah respons yang sebelumnya tidak dikondisikan menjadi respons yang terkondisi. Perilaku reflex termasuk contoh palig sederhana. Sinar yang ditujukan ke mata menstimulasi pupil untuk menutup,makanan yang diletakkan di lidah membuat air liur keluar, dan lada di lubang hidung mengakibatkan reflex bersin. Dengan perilaku reflex, respons tidak dipelajari, tidak bersifat sukarela, dan umum., tidak hanya dalam satu spesies, namun pada spesies-spesies lainnya.
Akan tetapi, pengondisian klasik tidak terbatas hanya pada reflex sederhana. Pengondisian ini juga dapat bertanggungjawab atas pembelajaran manusia yang lebih kompleks, seperti fobia,ketakutan, dan kecemasan.
Kunci penting dari eksperimen pengondisian klasik adalah dalam membuat pasangan dari stimulus yang dikondisikan dengan stimulus yang tidak dikondisikan, sampai kehadiran dari stimulus yang dikondisikan cukup untuk memperoleh stimulus yang tidak dikondisikan.

2.3.2. Pengondisian Operan

Kunci dari pengondisian operan adalah penguatan yang langsung dari sebuah respons. Kemudian, penguatan akan meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi. Pengondisian ini di sebut dengan pengondisian operan karena organism beroperasi dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan suatu efek yang spesifik. Pengondisian operan dapat mengubah frekuensi dari respons atau kemungkinan suatu respons akan terjadi. Penguatan tidak menyebabkan suatu perilaku, namun meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang lagi.

Ø  Pembentukan
            Pembentukan (shaping) adalah suatu prosedur ketika peneliti atau lingkungan memberikan suatu penghargaan atas perkiraan kasar dari perilaku tersebut., lalu perkiraan yang lebih dekat, dan terakhir, perilaku yang diinginkan tersebut. Melalui proses penguatan perkiraan berkala, peneliti atau lingkungan secara bertahap membentuk suatu kumpulan yang kompleks dan final dari perilaku (Skinner, 1953).
            Suatu respons terhadap lingkungan yang mirip tanpa adanya penguatan sebelumnya disebut generalisasi stimulus. Salah satu contoh generalisasi stimulus, yaitu pembelian tiket oleh manusia tidak melakukan generalisasi dari satu situasi kepada situasi yang lain, namun mereka bereaksi pada situasi baru dalam bentuk yang sama dengan cara mereka bereaksi sebelumnya, karena kedua situasi memiliki elemen yang identik,yaitu membeli tiket untuk salah satu konser rock mempunyai elemen-elemen yang identik dengan membeli tiket untuk konser rock yang berbeda. Skinner (1953) menyebutkan, “Penguatan sebuah respons meningkatkan kemungkinan dari setiap respons yang mempunyai elemen yang sama” (hlm. 94)


Ø  Penguatan
            Menurut Skinner (1978a),penguatan (reinforcement) memiliki dua efek: memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut. Oleh karena itu, penguatan dan penghargaan tidak sama. Setiap perilaku diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan ata menyenangkan bagi orang tersebut.
            Setiap perilaku yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu spesies atau seseorang untuk bertahan hidup, cenderung akan menguat. Makanan, seks, dan perhatian orang tua sangat penting untuk kemampuan bertahan hidup suatu spesies dan setiap perilaku yang menghasilkan kondisi ini akan diberi penguatan. Cedera, penyakit, dan iklim yang ekstrem bersifat merusak kemampuan bertahan hidup, dan setiap perilaku yang cenderung mereduksi atau menghindari kondisi ini juga akan diberi penguatan. Oleh karena itu, penguatan dapat dibagi menjadi yang menghasilkan kondisi lingkungan yang bermanfaat dan yang mereduksi atau menghindari kondisi yang merusak. Penguatan pertama disebut penguatan positif (positive reinforcement) dan yang kedua disebut penguatan negative (negative reinforcement).
Penguatan Positif
            Setiap stimulus yang saat dimasukkan dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi disebut penguat positif (positive reinforcement) (Skinner, 1953). Contoh umum dari penguat positif, yaitu makan, air, seks, uang, persetujuan social, dan kenyamanan fisik.
Penguatan Negativ
            Menghilangkan suatu stimulus yang tidak disukai dari suatu situasi dari situasi dapat meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku sebelumnya akan terjadi. Menghilangkan hal tersebut dapat berakibat pada penguatan negative (negative reinforcement) (Skinner, 1953). Reduksi atau menghindari suara-suara keras, hal-hal yang mengagetkan, dan rasa lapar yang menyakitkan akan menguatkan secara negative karena hal-hal tersebut menguatkan perilaku yang ada sebelumnya. Penguatan negative berbeda dari penguatan positif karena menuntut adanya suatu kondisi yang dihindari, sementara penguatan positif meliputi adanya stimulus yang menguntungkan. Akan tetapi, efek penguatan negative identik dengan penguatan positif. Beberapa orang makan karena mereka menyukai suatu makanan, yang lainnya makan untuk menghilangkan rasa lapar yang menyakitkan.
Untuk kelompok orang pertama, makanan adalah penguatan positif, sementara untuk kelompok orang yang kedua, menghilangkan rasa lapar adalah penguatan negative. Dalam dua kondisi, perilaku makan diperkuat karena konsekuensinya bersifat menguntungkan.

Hukuman
            Penguatan negative menghilangkan, mereduksi, dan menhindari stimulus yang tidak menyenangkan, sementara hukuman (punishment) adalah pemberian stimulus yang tidak menyenangkan, seperti setrumen, atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan, seperti memutuskan telepon seorang remaja. Penguaran negative menguatkan suatu respons, sementara hukuman tidak. Walaupun hukuman tidak menguatkan suatu respons, tetapi tidak secara langsung melemahkan respons tersebut. Skinner (1953) setuju dengan Thorndike bahwa efek dari hukuman lebih tidak dapat diprediksi dibandingkan efek dari penghargaan.

Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).

Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru menguji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.

Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
v  Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
v  Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
v  Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
v  Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
v  Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
v  Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
v  Dalam pembelajaran, digunakan shaping.


1.    Efek dari hukuman
            Efek dari hukuman bukanlah kebalikan dari efek penguatan. Saat factor-faktor dalam penguatan dapat dikontrol dengan ketat, perilaku dapat dengan akurat dibentuk dan diprediksikan. Akan tetapi, dengan hukuman, akurasi seperti itu mungkin tidak terjadi. Alas an dari perbedaan ini cukup sederhana. Hukuman biasanya diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu. Saat hal tersebut berhasil, orang akan berhenti bertindak dengan cara tersebut, namun mereka tetap harus melakukan sesuatu. Apa yang akan mereka lakukan tidak dapat diprediksikan secara akurat karena hukuman tidak memberitahu apa yang harus dilakukan, hukuman hanya menekan kecendurungan untuk bertindak dalam suatu cara yang tidak diinginkan. Pada akhirnya, salah satu efek dari hukuman adalah untuk menekan perilaku. Sebagai contoh, apabila seorang anak laki-laki menjahili adik perempuannya, orangtuanya dapat membuatnya berhenti melakukan hal tersebut dengan memukul pantatnya. Sayangnya, hukuman ini tidak akan meningkatkan disposisinya tergadap adiknya. Hukuman hanya menekan kejahilannya untuk sementara atau selama orang tuanya ada di sekitarnya.
            Efek lainnya dari adalah pengondisian atas perasaan negative dengan mengasosiasikan stimulus kuat yang tidak disenangi dengan perilaku yang diberi hukuman.
Dalam ilustrasi diatas, apabila rasa sakit karena dipukul cukup kuat, maka hal tersebut akan memunculkan respons yang tidak sebanding dengan perilaku menjahili adiknya. Di masa depan, apabila anak laki-laki tersebut berpikir untuk memperlakukan adiknya dengan tidak baik, pikiran memunculkan respons pengondisian klasik, seperti rasa takut, kecemasan, rasa bersalah. Emosi negative ini kemudian berfungsi untuk menahan perilaku yang tidak diinginkan untuk kembali terjadi. Sayangnya, hal ini tidak memberikan instruksi positif kepada anak tersebut.
            Hasil ketiga dari hukukman adalah dalam penyebaran efeknya. Setiap stimulus yang diasosiasikan dengan hukuman mungkin akan ditekan. Dalam contoh diatas, anak laki-laki tersebut hanya dapat relajar untuk menghindari adik perempuannya, menjaga jarak dengan orangtuanya, atau mengembangkan perasaan negative terhadap pemukul atau tempat pemukulan terjadi. Sebagai hasilnya, perilaku anak laki-laki tersebut terhadap keluarganya menjadi maladaptive. Sementara perilaku tidak tepat ini bertujuan untuk menghindari hukuman di masa depan. Skinner mengakui mekanisme pertahanan diri klasik Freudian sebagai cara yang efektif dalam menghindari rasa sakit dan kecemasan yang mengiringinya. Orang yang dihukum mungkin akan berfantasi, memproyeksikan perasaan mereka kepada orang lain, merasionalisasi perilaku agresif, atau melakukan displacement terhadap orang lain.

2.    Perbandingan antara Hukuman dan Penguatan
Hukuman mempunyai beberapa karakteristik yang sama dengan penguatan. Seperti adanya dua macam penguatan ( positif dan negative ), terdapat dua macam hukuman. Hukuman pertama membutuhkan pemberian stimulus yang tidak di sukai, sedangkan hukuman yang kedua melibatkan penghilangan suatu penguatan positif. Contoh dari hukuman yang pertama adalah rasa sakit yang dirasakan karena jatuh ditrotoar bersalju akibat berjalan terlalu cepat. Contoh hukuman yang kedua adalah denda yang sangat tinggi yang dikenakan pada seorang pengendara motor akibat mengendarai motor terlalu cepat. Contoh yang pertama merupakan hasil dari kondisi alami, sementara yang kedua mengikuti suatu intervensi dari manusia. Kedua tipe hukuman ini menguak karakteristik kedua yang sama antara hukuman dan penguatan. Keduanya dapat diperoleh dari konsekuensi alami ataupun diberikan oleh orang lain.
Karakteristik yang terakhir, hukuman dan penguatan sama-sama merupakan cara untuk mengontrol perilaku, baik control yang sudah dirancang ataupun yang terjadi kebetulan.

Penguat yang dikondisikan dan digeneralisasi
            Penguat yang dikondisikan adalah stimulus lingkungan yang secara alami memuaskan, namun menjadi seperti itu karena diasosiasikan dengan penguat primer atau yang tidak dipelajari, seperti makanan, air, seks.
            Skinner (1953) mengenal lima penguat penting yang digeneralisasi dan mempertahankan banyak perilaku manusia: perhatian, persetujuan, afeksi, dan lain-lain. Masing-masing penguatan tersebut dapat digunakan dalam beragam situasi.


Kepunahan
            Respons dapat menghilang karena empat alas an. Pertama, respons terlupakan seiring berjalannya waktu. Kedua, dan lebih mungkin terjadi, respons dapat menghilang karena adanya gangguan dari pembelajaran sebelumnya atau sesudahnya.
            Ketiga, respons dapat menghilang karena adanya hukuman. Penyebab keempat, adalah kepunahan-kecenderungan dari respons ysng sebelumnya telah dipelajari untuk secara bertahap mulai melemah setelah tidak adanya penguatan.
            Kepunahan operan terjadi saat seorang peneliti secara sistematis menahan penguatan untuk suatu respons yang telah dipelajari sebelumnya sampai kemungkinan respons terjadi menurun sampai angka nol. Kecepatan dari kepunahan operan sangat bergantung dari jadwal penguatan saat pembelajaran terjadi.

Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1.      Belajar itu adalah tingkah laku.
  1. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
  2. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
  3. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

2.4. Eksperimen yang Dilakukan Oleh B.F. Skinner

Skinner Box
Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning atau pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons. Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan

Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan dengan "Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakan dalam percobaanya.

Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan akan menekan sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperoleh penguatan dalam bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akan memperlihatkan bentuk perilaku tertentu; tikus tadi misalnya, akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali masuk kedalam Box, yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat ke sekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikus menyentuh tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukan hal ini akan mendapatkan makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentu dengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akan belajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikus tersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadaman atau penghilangan dengan menghilangkanpenguatannya.


Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai reinforcement, yaitu setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yang berupa penguat adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basicdriver, seperti makanan yang dapat memuaskan rasa lapar atau air yang dapat menguatkan rasa haus) namun tidak harus selalu demikian.
Pada manusia, penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak effisien. Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakah konsekuansi-konsekuensi yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah individu, penguatan dan disiplin terkadang dapat menjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian dapat menjadi hukuman.

Adapun jenis-jenis Penguat Skinner dikategorikan menjadi :
1)      Penguat utama (Primary reinforcers) adalah  penguat yang memengaruhi perilaku tanpa perlu belajar, seperti: makan, minum dan seks. Ini disebut penguat alami.
2)      Penguat sekunder (Secondar reinforcers) adalah penguat yang membutuhkan  tenaga penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama, seperti memuji seseorang.

Tadi telah diuraikan bahwa bagaimana seekor tikus dalam Skinner Box yang menekan tuas akan menerima butir-butir makanan setiap kali tikus tersebut melakukannya. Apabila kita menghentikan pemberian penguatan ini, perilaku penekanan tuas pun secara bertahap akan menghilang, biasanya hanya beberapa menit setelah penghentian penguatan. Apa yang membuat Operant Conditioning ini penting untuk menjelaskan belajar adalah pengembangan jadwal penguatan yang dilakukan oleh Skinner. Jadwal ini merupakan bentuk lain dari penyajian penguatan yang dihasilkannya perbedaan pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan tuas oleh tikus tadi, maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya perilaku penekanan tuas. Jadwal penguatan inilah yang membuat Operant Conditioning menjadi bentuk belajar yang sangat Fleksibel. Setiap respons yang pada suatu saat dapat dibiasakan dan dapat juga diakhiri sesuai dengan keinginan kita, dan ini tercapai dengan melalui beragam jadwal penguatan.

Penguatan dapat dialakukkan kepada perilaku entah melalui jadwal yang berkesinambungan atau sebentar-sebentar. Dalam jadwal-penguatan-berkesinambungan (continous schedule), organisme diperkuat untuk setiap responnya. Jenis penjadwalan ini dapat meningkatkan frekuensi respons sekalipun pemakaian penguat kadang-kadang tidak efisien. Skinner kemudian mengusulkan jadwal-penguatan sebentar-sebentar (intermittent schedules) yang bukan hanya lebih effisien menggunakan penguat, tetapi juga menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap pemadaman. Melalui intermittent schedule Skinner mengidentifikasi dua macam penguatan yaitu :
a.       Interval reinforcement : adalah penguatan yang dijadwalkan atau yang muncul pada interval waktu yang telah ditentukan. Contoh: seseorang memutuskan untuk memberikan permen  hanya jika orang tersebut  tetap diam  selama lima menit. Setelah itu baru diberikan permen, tidak ada penguatan tambahan yang diberikan sampai berlalu lima menit berikutnya.
b.      Ratio Reinforcement : adalah penguatan yang muncul setelah sejumlah respon tertentu. Contoh: seseorang akan memberikan permen pada seorang anak apabila anak tersebut menampilkan perilaku patuh, setelah anak tersebut patuh kemudian diberikan permen tersebut dan terus seperti itu sehingga anak tersebut benar-benar patuh.
Penjadwalan tersebut terbagi lagi menjadi 4 jenis penguatan jadwal, yakni :
        i.            Rasio tetap (Fixed ratio), dimana penguatan tergantung pada sejumlah respon yang terbatas. Artinya, mengatur pemberian reinforcement sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian kalinya. Misalnya, pekerja diberikan bonus apabila mampu menghasilkan produk sesuai target dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar (mampu mengikuti prosedur). Tujuannya untuk membentuk perilaku bekerja yang efektif dan tetap memperhatikan kualitas.
      ii.            Rasio yang dapat berubah (variable ratio), dimana sejumlah respon yang dibutuhkan untuk penguatan yang berbeda-berbeda dari satu penguatan ke penguatan berikutnya. Misalnya, Pemberian bonus pada pekerja dilakukan secara acak yaknipada periode tertentu pekerja diberikan bonus apabila mampu memberikan performa kerja yang ramah dan menghasilkan produk berjumlah 1000 unit, namun pada periode yang lain pekerja diberikan bonus apabila telah mampu menghasilkan produk 2000 unit, dan pada waktu yang lain pekerja mendapatkan bonus saat mampu menghasilkan produk 2500 unit. Tujuannya untuk membentuk perilaku bekerja dengan tidak selalu bergantung kepada bonus karena bonus akan diberikan sewaktu-waktu sehingga pekerja cenderung akan menampilakan performa kerjanya yang paling maksimal.
    iii.            Interval tetap (fixed interval), dimana  suatu respon menghasilkan penguatan setelah jangka waktu tertentu (khusus).Misalnya, Ujian tengah semester diberikan pada pertengahan semester (waktu telah ditentukan). Mahasiswa akan belajar lebih sungguh-sungguh saat menjelang ujian agar mendapat nilai yang baik. Tujuannya membentuk perilaku belajar.
    iv.            Interval yang dapat berubah (variable interval), dimana penguatan tergantung pada waktu dan  suatu respon, tetapi waktu antara penguatan berbeda-beda. Artinya, reinforcement diberikkan dalam waktu yang tidak menentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikkan sama dengan pengaturan tetap. Misalnya, dosen yang memberikan kuis tiba-tiba dalam perkuliahan sehingga mahasiswa diharapkan selalu belajar agar apabila diadakan kuis mendadak mereka akan siap dan dapat meraih nilai yang baik. Tujuannya membentuk perilaku belajar mahasiswa.

Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant yang berbeda lainnya, yaitu Law Of Operant Conditioning dan Law of Operant Extinction.
1)      Law of operant conditining yaitu jika suatu tingkah/perilaku diiringi dengan stimulus penguat (Reinforcement), maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2)      Law of operant extinction yaitu jika suatu perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning  itu tidak diiringi stimulus penguat (Reinforcement), maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Kedua hukum ini pada dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (Classical Conditioning)
Skinner membedakan perilaku atas :
ü  Perilaku alami (innate behavior), yang kemudian disebut juga sebagai classical ataupun respondent behavior, yaitu perilaku yang diharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik, perilaku yang bersifat refleksif.
ü  Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan

2.5. BEHAVIORISME ILMIAH


Seperti Thorndike dan Watson, Skinner bersikeras bahwa perilaku manusia harus di pelajari secara ilmiah. Aliran behaviorisme ilmiahnya berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dengan baik tanpa referensi mengenai kebutuhan, insting, dan motif. Mengatribusikan motivasi pada perilaku manusia sama saja dengan mengatribusikan kemauan bebas kepada fenomena alam. Namun kebanyakan psikolog kepribadian berasumsi bahwa manusia termotivasi oleh dorongan internal dan pemahaman dari dorongan tersebut menjadi penting.
Walaupun Skinner yakin bahwa kondisi internal berada di luar domain ilmu pengetahuan, ia tidak menolak keberadaannya. Kondisi seperti rasa lapar, emosi, nilai-nilai, kepercayaan diri, kebutuhan agresif, keyakinan religious, dan kebencian memang ada, namun tidak menjelaskan suatu perilaku. Untuk menggunakan kondisi internal sebagai penjelasan, tidak hanya sia-sia, tetapi juga membatasi kemajuan behaviorisme ilmiah. Ilmuawan lainnya telah membuat kemajuan yang lebih besar karena telah lama meninggalkan praktik yang mengatribusikan motif, kebutuhan, atau kekuatan dari keinginan pada pergerakan dari organisme hidup dan benda-benda mati.


2.5.1. Filsafat Ilmu Pengetahuan

Behaviorisme ilmiah memberi ruang untuk interpretasi perilaku, tetapi tidak pada penjelasan mengenai penyebabnya. Interpretasi mengijinkan ilmuan untuk menggeneralisasi kondisi pembelajaran yang sederhana kepada konsisi yang lebih kompleks.

2.5.2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan

Menurut Skinner ( 1953 ), ilmu pengetahuan memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, ilmu pengetahuan bersifat kumulatif; kedua, merupakan suatu sikap yang menghargai observasi empiris; ketiga, ilmu pengetahuan adalah suatu pencarian atas keteraturan dan hubungan yang berdasarkan hukum-hukum. Secara khusus, ada tiga komponen sikap ilmiah. Pertama, ilmu pengetahuan menolak adanya otoritas. Hanya karena seseorang yang sangat di hormati. Kedua, ilmu pengetahuan menuntut suatu kejujuran intelektual, dan hal tersebut menuntut ilmuan untuk menerima suatu fakta walaupun bertentangan dengan keinginan dan kemauan mereka. Sikap ini tidak berarti bahwa secara otomatis ilmuwan menjadi sangat jujur daripada orang lain. Mereka tidak. Ilmuwan dikenal sering memanipulasi data dan salah menginterpretasikan temuan mereka. Akan tetapi, sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu pengetahuan menempatkan harga yang tinggi atas kejujuranintelektual karena jawaban yang benar pada akhirnya akan ditemukan. Para ilmuwan tidak mempunyai pilihan selain melaporkan hasil atau temuan yang bertentangan dengan harapan ataupun hipotesis mereka, karena apabila tidak dilakukan, maka orang lain akan melakukannya, dan hasil terbaru akan menunjukkan bahwa ilmuwan yang telah melakukan kesalahan dalam menginterpretasikan data tersebut, salah.
Terakhir, ilmu pengetahuan menahan penilaian sampai suatu tren yang jelas menerbitkan suatu temuan yang belum diverifikasi ataupun diuji dengan cukup. Apabila laporan dari hasil temuan seorang ilmuwan tidak dapat direplikasi, maka ilmuwan tersebut akan terlihat bidih, di sisi baiknya, dan tidak jujur di sisi buruknya. Oleh karena itu, sikap skeptis yang sehat dan kemauan untuk menahan suatu penilaian menjadi esensial ketika menjadi seorang ilmuwan.
Skinner ( 1953 ) yakin bahwa prediksi, control, dan deskripsi memungkinkan untuk ada dalam behaviorisme ilmiah, karena perilaku ditentukan dan berdasarkan hokum-hukum. Perilaku manusia, yang berupa entitasbologis dan fisik, bukanlah suatu gagasan yang tidak jelas ataupun hasil dari keinginan bebas ( free will ).
Perilaku manusia ditentukan oleh beberapa variable yang dapat diidentifikasi dan mengikuti suatu prinsip hukum yang memiliki batasan jelas, yang berpotensi untuk dapat diketahui. Perilaku yang terlihat tidak jelas atau tidak terduga, atau ditentukan secara individual, berada diluar kapasitas ilmuwan untuk memprediksi ataupun mengontrol. Akan tetapi, secara hipotesis, kondisi ketika hal tersebut terjadi dapat ditemukan, mengizinkan untuk prediksi dan control serta deskripsi. Skinner memberikan banyak waktunya untuk menemukan kondisi-kondisi tersebut, menggunakan suatu prosedur yang disebut pengondisian operan.

 

2.6. ORGANISME MANUSIA

Menurut Sinner (1987) perilaku manusia dan kepribadian manusia dibentuk oleh tiga kekuatan : (1) seleksi alam, (2) praktik budaya, (3) sejarah seseorang atas penguatan yang diterimanya. Akan tetapi, pada akhirnya seleksi alam, sejak pengondisian operan adalah suatu proses yang berevolusi dan praktik budaya menjadi aplikasi spesialnya.

Seleksi Alam
Kepribadian manusia adalah hasil dari sejarah evolusi yang panjang. Sebagai individu, perilaku kita ditentukan oleh komposisi genetis dan terutama oleh sejarah pribadi kita atas penguatan yang diterima. Akan tetapi sebagai spesies kita dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup, Seleksi alam mempunyai peranan penting dalam kepribadian manusia.
Perilaku yang bersifat menguatkan cenderung akan diulangi yaitu yang tidak cenderung mengutkan akan dibuang. Serupa dengan hal tersebut, perilaku yang sepanjang sejarah telah bermanfaat untuk suatu spesies akan bertahan, sementara yang menguatkan hanya untuk orang-orang tertentu cenderung akan dibuang. Sebagai contoh, seleksi alam lebih condong pada seseorang yang pupil matanya akan berdilatasi dan berkontraks dengan perubahan percahayaan. Kemampuan superior yang membuat mereka dapat melihat di siang dan malam hari, membantu mereka menghindari bahaya yang mengancam hidup mereka dan untuk bertahan hidup sampai usia reproduksi mereka. Serupa dengan hal tersebut, bayi yang ke arah dimana pipinya dielus dengan lembut, dapat menghisap sehingga meningkatkan kemungkinannya untuk bertahan hidup dan kemungkinan untuk karateristik rooting ini diturunkan pada anak-anaknya. Hal tersebut adalah adalah dua contoh atau beberapa reflex yang menjadi karateristik bayi manusia saat ini. Beberapa reflex seperti reflex pupil, terus mempunyai nilai kemampuan bertahan hidup, sementara yang lainnya seperti reflex rooting mempunyai manfaat yang semakin berkurang.
Walaupun seleksi alam membantu beberapa perilaku manusia, namun seleksi alam memungkinkan hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil dari tindakan manusia. Skinner (1989) menyatakan bahwa faktor-faktor dari penguatan, terutama yang telah membentuk budaya manusia, menjelaskan kebanyakan dari perilaku manusia.

Evolusi Budaya
Skinner lebih suka mengelaborasikan secara penuh pada kepentingan budaya dalam pembentukan perilaku manusia.  Seleksi bertanggung jawab atas praktik budaya yang telah bertahan sebagaimana seleksi memiliki peranan kunci dalam sejarah evolusi manusia dan juga faktor-faktor dari penguat.
Sisa-sia budaya, seperti juga dari seleksi alam tidak semuannya bersifat adaptif. Sebagai contoh, divisi pekerja yang muncul dari revolusi industry telah membantu masyarakat untuk memproduksi lebih banyak barang, namun hal tersebut mengarah pada pekerjaan yang tidak lagi menguatkan secara langsung. Contoh lain adalah peperangan, ketika dalam dunia pra-industrisasi memberikan manfaat bagi beberapa masyarakat, namun saat ini telah berubah menjadi suatu ancaman bagi keberadaan manusia.

Kondisi Internal
Walaupun menolak penjelasan dari perilaku yang ditemukan dalam konstruk hipotesis yan bersifat tidak dapat diobservasi, Skinner tidak menyangkal adanya kondisi internal seperti perasaan cinta, kecemasan atau ketakutan. Kondisi internal dapt dipelajari sama perilaku lainnya namun tentu saja observasi mereka terbatas.
1.      Kesadara Diri
            Skinner (1974) yakin bahwa manusia tidak hanya mempunyai kesadaran, tetapi juga mengetahui atau menyadari kesadaran mereka tersebut. Mereka tidak hanya mengobservasi stimulus eksternal \, tetapi juga sadar bahwa mereka sedang mengobservasi stimulus tersebut.
            Perilaku adalahsuatu fungsi dari lingkungan dan bagian dari lngkunga yang berada di dalam seseorang. Bagian kehidupan ini adalah khusus milik seseorang sehingga bersifat personal. Setiap orang secara bersifat subyektif sadar akan pikiran, perasaan, ingatan dan intensinya.
2.      Dorongan
            Dari sudut pandang behaviorisme radikal, dorongan bukanlah penyebab dari perilaku namun lebih merupakan suatu penjelasan fiktif. Bagi Skinner (1953), dorongan hanya merujuk pada dampak kekurangan dari pemuasan atas sesuatu dan pada probobalitas yang berkaitan dengan sesuatu yang akan direspon oleh organism. Untuk membuat seseorang kekurangan makanan akan meningkatkankemungkinan untuk makan, untuk memuaskan seseorang akan menurunkan kemungkinan tersebut.
Akan tetapi, kondisi kekurangan dan puas bukanlah satu-satunya yang berkorelasi dengan perilaku makan. Faktor-faktor lain yang meningkatkan atau menurunkan kemungkinan seseorang untuk makan adalah rasa lapar yang diobservasi secara internal, ketersediaan makanan dan pengalaman terdahulu dengan penguatan perilaku berupa makanan.
3.      Emosi
            Skinner (1974) mengenali keberadaan subyektif dari emosi, namun ia bersikeras bahwa perilaku tidak dapat diatribusikan pada emosi. Ia menjelaskan emosi melalui faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup dan faktor-faktor penguatan. Sepanjang millennium, seseorang yang mempunyai kecenderungan kuat terhadap rasa takut ataupun kemarahan adalah mereka yang berhasil selamat atau meraih kemenangan atas suatu kondisi berbahaya, sehingga mampu menurunkan  karateristik ini pada keturunannya. Pada level perseorangan perilaku yang diikuti oleh rasa senang, kegembiraan, kenikmatan dan emosi-emosi menyenangkan lainnya cenderung akan mendapat penguatan, sehingga meningkatkan kemungkinan perilaku ini akan terulang dalam kehdupan orang tersebut.
4.      Tujuan dan Intensi
            Skinner (1974) juga mengenali konsep tujuan dan intense, namun sekali lagi, ia memperingatkan untuk tidak mengatribusikan perilaku pada kedua konsep tersebut. Tujuan dan intense ada dalam diri seseorang. Namun tidak dapat diteliti secara langsung dari luar. Tujuan yang terasa dan sedang dilakukan dengan sendirinnya mungkin bersifat menguatkan.  Sebagai contoh, seseorang dapat memiliki intense untuk menonton film pada jumat sore karena menonton film yang serupa telah memberikan efek yang menguatkan. Pada saat orang tersebut ingin pergi menonton film, ia merasakan kondisi fisik dari dalam dirinnya dan memberikan label “intense”. Oleh karena itu, apa yang disebut intesi atau tujuan adalah stimulus yang terasa secara fisik dari dalam orgamnisme dan bukan suatu peristiwa mental yang bertanggung jawab atas suatu perilaku. Konsekuaensi dari perilaku operan bukanlah untuk apa perilaku tersebut sekarang, konsekuensinnya keduannya hamper sama dengan konsekuensi yang telah terbentuk dan mempertahankannya.



Perilaku Kompleks
Perilaku manusia dapat menjadi sangat kompleks, tetapi skinner  yakin bahwa bahkan perilaku yang paling abstrak dan kompleks terbentuk dari seleksi alam, evolusim budaya dan sejarah seseorang atas penguatan yang diterimanya. Sekali lagi, Skinner tidak menyangkal adanya proses mental tingkat tinggi seperti kognisi dan mengingat. Ia juga tidak melupakan usaha-usaha kompleks manusia, seperti kreativitas, perilaku yang tidak disadari, mimpi dan perilaku social.
1.      Proses Mental Tingkat Tinggi
            Skinner (1974) mengakui bahwa pikiran manusia adalah hal yang paling sulit dinalisis dari semua perilaku manusia, tetapi setidaknya berpotensi untuk dimengerti selama seseorang tidak beralih pada hipnotis fiktif seperti “mind”. Berfikir, memecahkan masalah dan mengingat kembali merupakan perilaku yang dapat terlihat, yang mengambil tempat didalam diri seseorang, tetapi tidak didalam pikiran. Sebagai perilaku, contoh tersebut juga dapat dijelaskan melalui faktor-faktor penguatan yang samadengan perilaku yang dapat dilihat (overt behavior). Sebagai contoh, saat seseorang lupa dimana ia menaruh kunci mobilnya, ia akan mencarinya karena perilaku mencari yang serupa telah diberikan penguatan berdasarkan pengalaman sebelumnya.

2.    Kreativitas
            Mengenai kreativitas, Skinner (1974) membandingkan perilaku kreatif dengan seleksi alam dalam teori evolusi. “Sebagai suatu sifat yang tidak disengaja, yang muncul dari mutasi, diseleksi atau kontribusinnya pada kemampuan bertahan hidup, maka variasi yang tidak disengaja dalam perilaku diseleksi berdasarkan faktor-faktor penguat mereka. Sama seperti bagaimana seleksi alam menjelaskan perbedaan diantara spesies tanpa bergantung pada suatu pikiran kreatif yang Maha Kuasa. Behaviorisme menjelaskan perilaku yang inovatif dan baru tanpa menghiraukan pikiran kreatif yang personal.
            Bagi Skinner kretifitas hanyalah suatu perilaku (overt maupun covert) yang random dan tidak disengaja yang mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Fakta bahwa beberapa orang lebih kretif dari pada orang lain adalah karena adanya perbedaan genetis dan perbedaan pengalaman yang membentuk perilaku kreatif mereka.

3.    Perilaku yang Tidak Disadari
            Sebagai penganut behaviorisme radikal, Skinner tidak dapat menerima gagasan bahwa ada suatu gudang dari ide dan emosi yang tidak disadari. Akan tetapi, ia menerima perilaku yang tidak disadari. Malah, karena manusia jarang mengobservasi hubungan antara variable genetic, lingkungan dan perilaku mereka sendiri, hamper semua perilaku kita termotivasi secara tidak sadar. Dalam pembahasan yang terbatas, perilaku disebut tidak sadar saat seseorang tidak lagi memikirkan tentang hal tersebut, karena telah ditekan memalui hukum. Perilaku yang mempunyai konsekuensi yang tidak menyenangkan mempunyai kecederungan untuk dilupakan atau tidak lagi berada didalam pikiran. Seorang anak yang dihukum secara berulang dan dengan keras karena permainan yang bersifat seksual, mungkinakan menekan perilakunya sekaligus menahan pikiran atau ingatan mengenai aktivitas seksual tersebut telah terjadi. Penyangkalan seperti itu menghindari aspek yang tidak diinginkan, yang berkaitan dengan pkiran mengenai hukuman dan kemudian menjadi suatu penguat negative. Dengan perkataan lain, anak tersebut akan terdorong untuk tida berfikir mengenai suatu perilaku seksual.


4.    Mimpi
            Skinner (1953) melihat mimpi sebagi suatu bentuk perilaku yang tertutup dan simbolis, yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penguatan sebagaiman perilaku pada umumnya. Ia setuju dengan Freud bahwa mimpi dapat berfungsi untuk tujuan pemenuhan keinginan. Perilaku bersifat menguatkan saat stimulus seksual atau agresif akhirnya dapat diekspresikan. Untuk mempraktika fantasi seksual dan untuk benar-benar menyakiti seorang musuh adalah dua perilaku yang mungkin diasosiasikan dengan hukuman. Bahkan, untuk memikirkan secara tertutup perilaku-perilaku tersebut akan mempunyai dampak yang menghukum, namun didalam mimpi perilaku tersebut dapat diekspresikan secara simbolis tanpa hukuman yang menyertainya.


5.    Perilaku Sosial
Kelompok tidak berperilaku, hanya individulah yang berperilaku. Individu-individu membentuk kelompok karena mendapatkan suatu manfaat dengan melakukan hal tersebut. Keanggotaan dari kelompok sosial tidak selalu memberikan penguatan, namun setidaknya tiga alasan, beberapa individu tetap menjadi anggota dari suatu kelompok. Pertama, individu tetap berada pada suatu kelompok yang menyiksa mereka karena beberapa anggota anggota kelompok menguatkan mereka. Kedua, beberapa individu terutama anak-anak mungkin tidk memunyai cara keluar dari keompok. Ketiga, pengutan mungkin terjadi dalan suatu jadwal yang tidak teratur.



Kontrol dari Perilaku Manusia
Perilaku seseorang dikontrol oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat ditegakkan oleh masyarakat, orang lain, atau diri sendiri; namun lingkungan, dan bukan kemauan bebas, yang bertanggung jawab atas semua perilaku.
·         Kontrol Sosial
            Seseorang bertindak untuk membentuk suatu kelmpok sosial karena perilaku semacam ini cenderung menguatkan. Kemudian, kelompok akan memberikan suatu kontrol terhadap anggotanya dengan merumuskan hukum, peraturan atau kebiasaan secara tertulis ataupuntidak, yang mempuyai suatu kehadiran fisik diluar  kehidupan tersebut. Hukum negara, peraturan organisasi, dan kebiasaan budaya berada diatas cara-cara seseorang untuk melawan suatu kontrol dan berfungsi sebagai variabel yang mengontrol dengan sangat kuat dalam hidup anggotannya.
            Menurut Erich Fromm, setiap orang dikontrol oleh beragam tekanan dan teknik sosial, namun semannya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori: (1) pengondisian operan, (2) menjelaskan faktor-faktor, (3) kekurangan dan kepuasan, (4) pengendalian fisik (Skinner, 1953).
            Masyarakat memberikan suatu kontrol atas anggotanya melalui empat metode prinsip dari pengondisian operan, yaitu pengutan positif, penguatan negatif, dan dua teknik hukuman (memberikan stimulus yang tidak menyenagkan atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan).
            Teknik kedua dari kontrol sosial adalah untuk memprediksikan kepada seseorang mengenai faktor-faktor dari penguatan. Menjelaskan faktor-faktor melibatkan bahasa-biasanya verbal, untuk memberitahu orang-orang konsekuensi dari perilaku yang belum mereka kerjakan. Banyak contoh yang tersedia dari menjelaskan faktor-faktor, antara lain melalui ancaman atau janji. Cara yang lebih halus dalam kontrol sosial adalah dengan iklan, dirancang untuk memanipulasi manusia untuk membeli suatu produk tertentu. Tidak ada satupun dari contoh-contoh ini yang mengusahakan suatu kontrol akan berhasil dengan sempurna,  tetapi masing-masing meningkatkan kemungkinan perilaku yang diinginkan akan muncul.
            Ketiga, perilaku dapat dikontrol dengan membuat sesorang kekurangan atau dengan memuaskan mereka dengan suatu pendorong. Sekali lagi, walaupun dengan kekurangan dan kepuasan adalah kondisi internal, tetapi kontrolnya tetap berasal dari lingkungan. Orang-orang yang kekurangan makanan lebih mungkin untuk makan; mereka yang puas memiliki kemungkinan yang lebih rendah walauoun tersedia makanan yang lezat.
            Terakhir, manusia dapat  dikontrol melalui pengendalian fisik, seperti menahan seorang anak dari suatu jurang yang dalam atau dengan memasukkan pelanggar hukum kepenjara. Pengendalian fisik berfungsi untuk melawan dampak pengondisian, dan pengendalian tersebut berakibat pada erilaku yang berkebalikan darri apa yang akan dilakukan oleh seseorang apabila ia tidak dikendalikan.
            Beberapa orang mungkin akan berkata bahwa pengendalian fisik adalah cara untuk menghalau kebebsan seseorang. Akan tetapi, Skinner (1971) yakin bahwa perilaku tidak mempunyai hubungan apa pu dengan kebebasab pribadi, tetapi dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup serta dampak dari penguatan adalah faktor-faktor dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, suatu tindakan mengendalikan fisik eseorang tidak melakukan negasi yang berlebih pada kebebasan dibandingkan teknik kontrol lainnya, termasuk kontrol diri.

·         Kontrol Diri
            Skinner mengatakan bahwa seperi seseorang dapat ,mengubah variabel yang ada dalam lingkunganorang lain, mereka juga dapat memanipulasi variabel dalm lingkunganmereka sendiri, dan melakukan beberapa bentuk kontrol diri.
           
Skinner dan Margaret Vaughan (skinner&vaughan, 1983) telah mendiskusikan beberapa  teknik yang dapat digunakan oleh manusia untuk melakukan kontrol diri tanpa bergantung pilihan bebas. Pertama, mereka dapat menggunakan alat bantu seperti perkakas, mesin, dan sumber finansial merubah lingkungan mereka. Kedua, manusia dapat merubash lingkungannya sehingga meningkatkan kemungkinan munculnya perilaku yang diinginkan. Ketiga, manusia dapat mengatur lingkungannya supaya dapat menghindari stimulus yang tidak menyenangkan, hanya dengan melakukan respon yang tepat. Keempat, manusia dapat menggunakan obat-obatan, terutama alkohol sebagai suatu cara melakukan kontrol diri. Kelima, manusia dapat melakukan hal lain untuk menghindari berperilaku dengan cara yang tidak diinginkan.


2.7. KEPRIBADIAN YANG TIDAK SEHAT

Teknik kontrol sosial dan kontrol diri kadang-kadang memberikan dampak yang merusak, yang dapat berakibat pada perilaku yang tidak pantas dan perkembangan kepribadian yang tidak sehat.

Strategi Perlawanan
Saat kontrol sosial yang terasa berlebih, manusia dapat menggunakan tiga strategidasar untuk melawan hal tersebut, mereka dapat menghindar, memberontak atau menggunakan resistensi pasif (Skinner, 1953). Dengan strategi mertahan melalui menghindar, manusia menarik diri dari agen yang melakukan kontrol secara fisik atau psikologis. Manusia yang melawan dengan menghidar akan mengalami kesuliatan untuk terlibat dalam hubungan personal yang intim, cenderung menjadi tidak percaya pada orang lain, dan memilih untuk hidup sendirian tanpa adanya keterlibatan.
Manusia yang memberontak atas kontrol sosial berperilaku lebih aktif, dengan kembali menyerang agen yang melawan kontrol. Orang dapat memberontak dengan merusak fasilitas umum, meniksa guru, melakukan penyerangan secara verbal pada orang lain, mencuri peralatan dari pemilik usaha, memprovokasi polisi, atau menggulinhkan organisasi yang sudah terbentuk seperti agama atau pemerintahan.
Manusia yang melawan kontrol melalui resistensi pasif lebih tenang darpada mereka yang memberontak, dan lebih mengganggu para pelaku kontrol daripada mereka yang mencoba untuk menghindar. Skinner (1953) yakni bahwa resistensi pasif paling sering digunakkan pada saat menghindar danj memeberonntak gagal dilakukan. Salah satu karakteristik yang paling jelas adalah sifat keras kepala.
Perilaku yang Tidak Pantas
Perilaku yang tidak pantas merupakan hasil dari teknik melawan kontrol sosial yang merugiukan diri sendiri atau dari usaha yang gagal dalam melakukan kontrol diri, terutama saat salah satu dari kegagalan ini diikuti oleh emosi yang kuat. Seperti kebnayakan perilaku, respon yang tidak pantas atau tidak sehat dipelajari. Perilaku tersebut terbentuk dari penguatan negatif dan positif, khususnya oleh dapmpak dari hukuman.
Perilaku yang tidak pantas meliputi perilaku yang sangat kuat dan berlebihan, yang tidak masuk akal untuk sitiasi yang kontemporer, namun dapat masuk akal dalam konteks sejarah masa lalu; dan perilaku snagat terbatas, yang digunakan manusia sebagai cara untuk menghindari stimulus yang tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan hukuman. Bentuk lain dari perilaku tidak pantas adalah menghindari kenyataan dengan tidak memberikan perhatian sama sekali terhadap stimulus yang tidak menyenangkan.

2.8. APLIKASI TEORI SKINNER TERHADAP PEMBELAJARAN

Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
ü  Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
ü  Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
ü  Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
ü  Materi pelajaran digunakan sistem modul.
ü  Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
ü  Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
ü  Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
ü  Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
ü  Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
ü  Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
ü  Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan
ü  Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
ü  Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
ü  Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
ü  Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

2.9. ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN

Banyak aplikasi Pengkondisian operan telah dilakukan diluar riset laboratorium, antara lain dikelas, rumah, setting bisnis, rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata.
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu
1.                  Meningkatkan perilaku yang diinginkan.
2.                  Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
3.                  Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
–      Memilih Penguatan yang efektif: tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
–      Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu: agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan ”jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
–      Memilih jadwal penguatan terbaik: menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
a) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
b) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi.
c) Jadwal interval – tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
d) Jadwal interval – variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
–      Menggunakan Perjanjian. Perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan ”jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
–      Menggunakan penguatan negatif secara efektif: dalam pengutan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.
Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shapping)
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
–      Menggunakan Penguatan Diferensial.
–      Menghentikan penguatan (pelenyapan)
–      Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
–      Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)

2.10. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SKINNER

2.10.1. Kelebihan

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

2.10.2. Kekurangan

Beberapa kelemahan  dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.



BAB III

PENUTUP


3.1. KESIMPULAN

Teori belajar menurut B.F Skinner  yaitu Operant Conditioning merupakan suatu bentuk belajar yang mana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan oleh konsekuensinya, dimana individu cenderung mengulang-ulang respon yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya hukuman dan hadiah yang diberikan akan membuat individu lebih mudah untuk belajar.
Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.

3.2. SARAN

Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri kita dan merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi seorang pelajar yang bijak sekaligus intelek. Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa dipahami oleh para pembaca.











DAFTAR PUSTAKA


Feist, J. F. (2010). Teori Kepribadian Edisi 7 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Margaret E. Bell Gredler, 1994. Belajar dan pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
John W. Satrock, 2007. Psikologi Pendidikan. edisi kedua. PT Kencana Media Group: Jakarta.
Prasetya Irawan, dkk, 1997. Teori belajar. Dirjen Dikti: Jakarta
Arie Asnaldi, 2005. Teori –Teori belajar. http://asnaldi.multiply.com/journal/item/
B.F. Skinner and radical behaviorism, http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviorism#column-one
Djiwandono, Sri Esti Muryani. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo
Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Mahmud, Drs. M. Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Syah M.Ed., Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sobur Alex, M. Si. Drs. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia, 2003
Walgito Bimo. Dr. Prof. Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta : ANDI, 2003
Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang :UUM Press, 2007
Boeree George. C. Dr. Personality Theories. Jogjakarta : PRISMASOPHIE, 2004

Ladidlaus Naisaban, 1997, para psikolog terkemuka dunia: riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya, grasindo, jakarta hal 357-365

TEORI SIGMUND FREUD || PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI SIGMUND FREUD Oleh : Laila Izzatur Rohmah 1.    Biografi Sigmund Freud Bapak Psikoanalisis Sigmund Freud lahir di Mora...